Akan kemana rindu kupapah
Jika purnama yang berpendar indah
Kini menjauhi langkah
Tak lagi jadi teman berkeluh kesah
Akan kemana rindu melaju
Jika bumi tempat mengadu
Hanya bisa terpaku
Dan enggan mendengarku melagu
Akan kemana rindu kulebur
Andai gunung yang berbaring tertidur
Tak lagi mampu menghibur
Karena merahnya api yang bangkit dari kubur
Akan kemana rindu ini kubawa
Andai birunya samudra
Tak lagi mau bercanda
Terjangkan ombak yang pisahkan raga
Akan kemana,
Semua tanya
Kini membawa air mata
Karna duka
Tlah merampas bahagia
Perihnya merindu
Tak lagi berbatas waktu
Terpenjara abadi
Oleh jauhnya jarak dunia dan akhirat nanti
Mata tak lagi menampak arah
Harus kemana kaki ini melangkah
Bila semua asa tak lagi menawan rasa
Tercerabut paksa, lenyap oleh gelombang tsunami yang perkasa
(Sebuah syair duka untuk Ifan Seventeen dan semua keluarga korban Tsunami Banten dan Lampung Semoga selalu diberi kesabaran dan ketabahan)
Tangerang, Desember 2018
Mahendra Paripurna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H