Lihat ke Halaman Asli

Mahendra Hariyanto

Pekerja IT TInggal Di Singapura

Yakin itu Nikmat

Diperbarui: 5 Januari 2016   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kegiatan team building itu dilakukan pada saat bulan puasa, Kali ini aktivitas team building dikemas dalam bentuk pertandingan cricket, sebuah olah raga yang sangat popular di India, negara dimana big boss kami berasal. Kami yang berpuasa di bulan Ramadhan di hari itu merupakan minoritas. Mau tidak mau kami harus mengikuti rencana kegiatan team building itu, yang direncanakan oleh mayoritas rekan-rekan kerja yang bukan muslim di Singapura, yang tentunya tidak berpuasa,.

Tidak mudah memang, tapi kami tetap mennjalani pertandingan itu dengan sekuat tenaga kami. Berlari, memukul bola dengan sekuat tenaga ataupun, mengejarar bola.

Di saat suatu kesempatan beristirahat, ,saya duduk di pinggir lapangan. Di samping saya duduk seorang kolega yang berasal dari Eropa.

“Kegiatan ini pasti sangat berat bagi kamu yang berpuasa” katanya membuka percakapan

“Ya, lumayan berat, tapi masih bisa saya jalani” jawab saya singkat.

“Ya memang menjalani ajaran agama itu sangat berat. Banyak penderitaan yang harus kita jalani. Makanya saya memilih untuk tidak menjalani ajaran agama. Saya bukanlah orang yang religius” Jawabnya lagi.

Saya tidak tahu pasti apa yang dia maksud dengan pernyataan nya di atas. Apakah itu berarti dia memeluk suatu agama tapi tidak menjalankannya, apakah itu berarti dia tidak percaya Tuhan sama sekali.

Menanggapi ucapannya, Saya hanya berucap, ketika ketika memiliki iman (faith) atas ajaran agama yang kita peluk, kita akan dapat menemukan kenikmatan ketika menjalaninya.

“Anyway, bagi saya pribadi, ibadah puasa di bulan Ramadhan sangat baik bagi saya, terutama untuk menghambat kenaikan berat badan saya yang cenderung naik setiap tahunnya.” Kata saya lagi setengah bercanda .

Yang menarik dari percakapan ini adalah: baik saya maupun kolega saya tersebut sama sama merasaa “kasihan” terhadap lawan bicaranya. Dia yang merasa tidak terikat atas ajaran –ajaran agama, melihat diri saya dengan rasa kasihan, karena menurutnya saya telah terbelenggu oleh perintah agama yang penuh dengan penderitaan dalam menjalaninya. Di lain pihak saya pun melihat dia dengan rasa “kasihan” juga. Jika dia tidak percaya pada Tuhan, kepada siapa dia harus meminta pertolongan di saat galau menghadapi beban dan kesulitan-kesulitan hidup di dunia ini .

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline