Lihat ke Halaman Asli

Mahbub Setiawan

TERVERIFIKASI

Bukan siapa-siapa

Di Balik Filosofi Sate

Diperbarui: 30 Januari 2018   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu porsi sate (Dokumentasi Pribadi)

Siang itu, ada pesan WA muncul di HP-ku. Pesan berisi mengenai kabar seorang teman yang sedang menikmati liburan panjang kuliah. Dia melakukan perjalanan Brebes-Cirebon untuk berkunjung ke teman  dan sanak saudaranya.

Di tengah perjalanan, dia menyempatkan mampir di sebuah warung sate untuk istirahat dan makan siang bersama temannya. Sepiring sate lengkap dengan nasi putih menjadi sajian mereka.

Hmm, sate. Kuliner yang menjadi favorit orang Indonesia. Kuliner yang menjadi pantangan orang-orang dengan usia yang tidak lagi muda atau pantangan bagi orang-orang dengan tingkat kolesterol tinggi.

Menurut ilmu kesehatan, semua makanan sebenarnya memiliki risiko buruk bagi kesehatan. Risiko buruk dikarenakan terlalu berlebihan memakannya. Risiko buruk dikarenakan oleh kandungan zat yang terdapat dalam makanan tersebut.

Walaupun menurut ilmu kesehatan, sate memiliki dampak buruk bagi orang-orang tertentu, tetapi secara sejarah dan budaya sate memiliki cerita dan hal-hal menarik lainnya untuk direnungi.

Etnografi Sate

Sebagai salah satu makanan dan kuliner asli Indonesia, asal-usul sate sebenarnya memiliki riwayat panjang yang melibatkan pertukaran budaya. Selain itu, sate juga memiliki peran dalam mengenalkan budaya Indonesia ke negara-negara lain.

Menurut sejarahnya, sate berasal dari para pedagang  Gujarat dan Tamil (salah satu negara bagian di India) pada abad ke-18. Para pedagang tersebut datang ke Indonesia dalam rangka melakukan transaksi jual beli barang dagangannya.

Salah satu menu makanan mereka yang disantap selama berada di Indonesia adalah makanan yang terbuat dari potongan daging besar-besar  yang dikenal sebagai "kebab". Kebab ini sampai sekarang tetap eksis di Indonesia meskipun dengan beragam variasi dan tampilan penyajian.

Pada masa itu, kebiasaan orang Indonesia ketika mengolah daging adalah dengan cara direbus. Maka ketika mereka melihat cara orang Gujarat dan Tamil mengolah makanan daging dengan dibakar, mereka pun meniru dan mengembangkan cara khas untuk mengolahnya.

Sejak itulah kebab Gujarat dan Tamil yang "dimodifikasi" ini dinamakan sate oleh orang Indonesia. Kata "sate" sendiri berasal dari Bahasa Tamil "catai" yang artinya daging. Maka sate adalah daging yang dipotong kecil-kecil kemudian ditusuk dan dibakar yang dilengkapi dengan saus sambal atau bumbu lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline