Lihat ke Halaman Asli

Mahayel ZinaurainAkbarullah

Mahasiswa Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Gunkanjima, Pulau Hantu Bersejarah Kelam di Selatan Jepang

Diperbarui: 5 Oktober 2022   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Di selatan Jepang, sekitar 15 Kilometer dari kota Nagasaki, prefektur Nagasaki, sebuah pulau tua berdiri kokoh ditengah lautan. Pulau Hashima (端島; berarti “Pulau Perbatasan”), namun Pulau Hashima umumnya disebut Gunkanjima (軍艦島; berarti “Pulau Kapal Perang”), merupakan salah satu dari 505 pulau tak berpenghuni di prefektur Nagasaki, Pulau Hashima mencuri perhatian dunia karena memiliki kesan angker dan menyeramkan, pada akhirnya tidak sedikit yang menyebutnya sebagai pulau hantu.

Dulunya adalah pusat industri dan merupakan tempat yang sangat padat. Tetapi kemudian para penghuninya meninggalkan pulau ini, kini pulau Gunkanjima kosong dan hanya Gedung-gedung tinggi dan tua yang tersisa.

Orang Jepang sendiri menyebut pulau ini Gunkanjima, yang artinya “Pulau Kapal Perang” dikarenakan bentuk pulau itu sendiri yang menyerupai kapal perang. Pada tahun 2015, UNESCO menetapkan pulau ini sebagai warisan sejarah dunia, meskipun terlihat mencekam dan menakutkan. Karena selain tempat yang menjadi warisan sejarah dunia dan pulau industri besar, pulau ini juga menjadi saksi kerja paksa tawanan perang Korea Selatan dan China.

Perusahaan Mitsubishi membeli pulau ini untuk proyek tambang batu bara di bawah laut, sehingga pulau ini merasakan kejayaannya. batu bara sendiri ditemukan di kawasan pulau pada awal tahun 1800-an. Lewat penemuan tersebut pulau ini berpengaruh terhadap perekonomian Jepang pada saat itu, orang berbondong-bondong datang ke pulau ini karena banyak lapangan pekerjaan yang tersedia.

Pada tahun 1959 terjadi pembengkakan penduduk, untuk ukuran pulau yang tidak terlalu besar membuat pulau ini mengalami salah satu ledakan populasi terbesar dalam sejarah dunia. Namun itu semua berubah ketika bensin datang dan menggantikan bahan bakar, sehingga batu bara mulai ditinggalkan dan membuat industrinya tidak dapat bertahan karena harga yang terus turun. Hal itu membuat orang-orang meninggalkan pulau tersebut, hingga pada akhirnya pada tahun 1974, pulau tersebut resmi tidak berpenghuni.

Penetapan pulau tersebut sebagai warisan sejarah dunia menimbulkan perdebatan, dikarenakan terkuak fakta bahwa pulau tersbut sempat menjadi tempat untuk menahan tawanan perang Korea dan China dan menjadikan mereka sebagai korban sistem kerja paksa. Diperkirakan 4 sampai 5 pekerja paksa di pulau tersebut tewas tiap bulannya dikarenakan prosedur yang tidak aman. Pemerintah Jepang yang awalnya seakan menutupi hal tersebut, tidak mengelak setelah munculnya isu tersebut.

Karena keunikannya, Pulau Hashima menjadi sebuah objek wisata di masa sekarang, banyak pengunjung lokal dan internasional penasaran dan tertarik mengunjungi pulau ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline