[caption id="attachment_303461" align="aligncenter" width="576" caption="Dul Manan, Pemain dan Pembuat Biola. Sedang memainkan bioala. (Foto : Zahra Farida)"][/caption]
Siapa yang tidak tahu biola? Alat musik dawai gesek yang biasa mengiringi musik ber genre classic tersebut telah menemaniperjalan pemain biola sekaligus pembuat biola,H. Abdul Manan Affandi. Pria yang akrab di panggil “dul manan” tersebut lahir di Solo, 22 Agustus 1939.
Beliau sejakkecil sudah suka dengan musik. “memang sebenarnya keluarga sudah mendarah daging kalau soal seni, mbah buyut saya dulu juga pemain biola” ujarnya setelah memainkan biola. Kegigihanya untuk terus berlatih memainkan biola waktu itu sangatlah luar biasa. Bapak samino yang mengajarkanya waktu itu sangatlah keras dan disiplin. Tak heran, Pak Dul Manan ini mempunyai jiwa yang tegas juga untuk mengajarkan ilmu yang sudah ia dapat kepada murid didiknya, yang waktu itu beliau menjadi dosen musik di UNS.
Kepada cucu-cucunya, diajarkan pula salah dua yaitu zahra dan azka. Kedua remaja itu adalah cucu dari Pak Dul Manan yang di latih untuk bisa memainkan alat musik biola. Di akui keduanya juga, bahwa belajar memainkan biola membutuhkan konsentrasi tinggi dan kedisiplinan.
Kakek 9 cucu itu mengakubahwa dirinya pernah bergabung di suatu group musik keroncong yang bernama group sehat irama, tepatnya pada tahun 1957, menigiringi musik keroncong penyanyi legendaris yaitu waljinah. Dan sempat pula mengiringi pelantun tembang Bengawan Solo yaituAlm Gesang. Satu kebanggaan tersendiri untuk beliau mengiringi penyanyi terkenal tersebut dengan biolanya.
Biolanya???
Dul Manan pun tak berhenti pada pengalamanya memainkan biola. Rasa ingin tahu yang tinggi, terus menuntunya ke arah pembuatan biola. Sebelum beliau membuat biola sendiri pada tahun 1998 setelah pensiun PNS. Beliau terlebih dahulu ikut dengan tukang reparasi alat musik khususnya biola pada tahun 1956. Biola buatan Dul Manan tak kalah bagusnya dengan biola eropa. Beliau dengan sabar dan tekun membuat biola dengan cara manual. Dengan cara mendisainya terlebih dahulu, lalu di pahat, hingga proses finishing yaitu di plitur, lalu di angin-anginkan dan terkena sinar matahari. Biolanya di bandrol 700ribu – 1,5 juta rupiah. Dari hasil karyanya, Dul Manan mempunyai pelanggan Peseni Musik juga. Sampai sekaranglah beliau tetap menjaga kelestarian biola keroncong. Jadi, di masa tuanya, beliau cukup berlega hati untuk tetap hidup mandiri dari biola. “Memang pengalaman itu guru abstrak di jalan kehidupan manusia” pesan Dul Manan tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H