Wajah yang kita pakai ini hanya titipan, selebihnya penghuni langit sedang memandangi foto kita diatas sana. Alangkah bahagia mereka yang terkenal di langit lewat karyanya.
Ibarat pemeran utama dalam sebuah panggung kardus yang dipentaskan di balai desa tiap setahun sekali, ternyata nasib Pisank Man tidak sebaik susunan kata puisi yang dia tulis. Dr Talaz mendaftarkan Pisank Man mengikuti kursus teater agar bakat yang dimilikinya bisa tersalurkan dengan bijak.
"Nak, kamu sekarang sudah saya daftarkan kursus teater. Jangan malas untuk belajar ya, manfaatkan kesempatan itu untuk mencari ilmu." Kata Dr Talaz
"Apa aku bisa paman? Aku ini seorang yang pemalu." Tanya Pisank Man.
"Belajar saja, tidak apa-apa jadi pemalu asal jangan jadi benalu." Jawab Dr Talaz.
"Kadang-kadang aku juga jadi benalu paman." Sanggah Pisank Man.
"Husft.. jangan begitu nak, benalu itu identik dengan hal buruk. Mungkin kamu salah tafsir saja." Kilah Dr Talaz.
"Oh gitu ya paman, aku pikir benalu itu artinya benar-benar pemalu." Papar Pisank Man.
Dr Talaz berspekulasi akan ada hal baru yang bisa Pisank Man dapatkan jika ikut kursus teater. Apalagi pamong belajarnya adalah seorang profesional mantan ahli bermain peran orang gila berpangkat tinggi tingkat desa. Kenapa memilih ahli pemeran orang gila?, sebab saat ini lebih banyak orang gila yang ahli berperan waras begitu batin Dr Talaz. Beliau ingin memupuk jiwa kesederhanaan sejak usia dini kepada Pisank Man.
"Paman kenapa masih harus kursus teater jika hidup ini sendiri sebuah sandiwara?, tidakkah cukup menjadi insan yang bermoral sampai harus memahami peran gila?". Tanya Pisank Man.
"Kamu belum terjun langsung ke dunia masyarakat. Kamu butuh tempat simulasi untuk mengasah ilmu mempertajam filsafatmu. Mumpung masih libur sekolah carilah ilmu dimana pun saja. Kebetulan hanya kursus teater itu yang gratis biayanya, sabar ya nak serap ilmu semaksimal mungkin." Tegas Dr Talaz.