Lihat ke Halaman Asli

Karnoto

Me Its Me

Hati-Hati dengan Middle Class Muslim

Diperbarui: 3 November 2019   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: piknu.com

Tulisan ini saya tujukan khusus untuk Anda yang membidik pasar kelas menengah muslim di Indonesia. Sebagai gambarannya, produk yang dekat dengan mereka diantaranya layanan aqiqah, jasa travel umroh dan haji, fesyen muslim, perumahan syariah, sekolah Islam, lembaga zakat dan sejenisnya serta brand lain yang jaraknya sangat dekat dengan middle class muslim.

Sebab karakter klaster ini memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh kelas menengah muslim di negara lain termasuk di Malaysia sekalipun. Tulisan ini memang sering saya ulas, tetapi sepertinya ada yang belum percaya tentang karakter kelas menengah muslim Indonesia yang punya kekhasan.

Jika brand Anda memang membidik pasar ini maka Anda harus tahu karakter mereka, jika tidak maka brand Anda bukan saja tidak akan dibeli melainkan akan mendapatkan penghakiman yang cukup keras.

Karakter mereka yang paling khas adalah menilai simbol Agama yang melekat pada sebuah brand itu penting. Simbol tak melulu ayat suci, tetapi bisa bentuk lain seperti label halal, konten iklan termasuk endorser yang Anda pakai untuk mewakili brand Anda.

Salah dalam menempatkannya maka siap - siaplah brand Anda akan mendapat sentimen negatif dari klaster ini. Jangan salahkan mereka, sebab ini merupakan fenomena atau gejala yang terjadi diklaster ini.

Jangan juga anggap mereka tidak gaul, tidak moderat ataupun tidak paham. Sekali lagi jangan pernah berfikiran semacam itu, karena mereka middle class muslim adalah kalangan terdidik, rata - rata mereka sarjana dan berasal dari kampus umum bukan kampus Islam.

Jadi kalau Anda menilai mereka tidak paham soal universalitas Islam, Islam moderat apalagi soal filosofi sebuah kata - kata, itu kesalahan fatal yang bisa berakibat buruk pada brand Anda. Tak hanya berpendidikan, mereka juga memiliki ekonomi yang relatif stabil dan paling penting adalah mereka memiliki banyak pertimbangan untuk memutuskan membeli sesuatu.

Ketika mereka berada di posisi need atau membutuhkan maka mereka tidak akan semena - mena membelinya, tetapi mereka akan korelasikan dengan want atau keinginan mereka.

Contoh riilnya begini, ketika mereka membutuhkan sebuah produk, itu berarti posisi mereka berada pada need atau membutuhkan. Namun, mereka akan melakukan seleksi mana brand yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan (want).

Pada posisi inilah mereka akan mempertimbangkan banyak hal, diantaranya simbol Agama yang ada pada brand tersebut terutama yang dipakai oleh brand tersebut sebagai sarana komunikasi pemasaran, baik melalui iklan, copy writer, desain ataupun video.

Perlu saya ingatkan lagi bahwa simbol Agama tak melulu ayat suci, tetapi bisa berbentuk endorser, copy writer atau konten iklan, komunikasi visual berupa video dan advertising bahkan quotes tokoh yang Anda kaitkan dengan brand Anda sekalipun akan menjadi perhatian mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline