Lihat ke Halaman Asli

Dodol Garut, Kinilah Momennya

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13545846641049276209

Akhir-akhir ini publik tanah air cukup familiar dengan istilah sebuah kabupaten di selatan Provinsi Jawa Barat. Setiap hari, baik di media cetak, elektronik, internet, bahkan di jejaring sosial pun nama Garut seolah menjadi magnet sakti untuk menarik minat pembaca maupun pemirsa televisi. Kasus yang sebenarnya telah terjadi sekitar lima bulan lalu (Juli 2012) tiba-tiba mencuat ke publik di tengah-tengah carut marutnya dunia politik Indonesia. Kasus korupsi Hambalang, Bank Century, Simulator SIM, rekening gendut jenderal Polri, termasuk gesekan intern kabinet Presiden SBY, Dahlan Iskan versus anggota DPR, dan sebagainya tiba-tiba’ “hilang..” –mengutip iklan sebuah rokok-.

[caption id="attachment_212685" align="aligncenter" width="350" caption="Jajanan favorit Lebaran jadul (foto blogspot.com)"][/caption]

Namun, ini bukanlah hendak membahas kasus yang menimpa Bupati Garut tersebut. Setidaknya tulisan ini masih berbau-bau Garut. Sebuah jenis panganan ringan yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, terutama jajanan atau oleh-oleh masa kecil yang di bawa saudara saat pulang kampung ketika Lebaran, yaitu Dodol Garut. Seingat saya, dulu merk yang paling terkenal adalah Dodol Garut Picnic.

Seiring perkembangan zaman dan arus informasi yang makin menggila, eksistensi dodol garut sebagai panganan khas tradisional yang telah melegenda, sedikit demi sedikit mulai tergeser oleh panganan dan jajanan sejenis Rainbow Cake, brownis kukus, makaroni panggang, dan makanan sejenis yang umumnya bercita-rasa impor. Bagaimana produsen dodol garut mampu bertahan dari jajanan tersebut cukup layak menjadi perhatian, terutama dari pengelola sektor usaha kecil dan menengah.

Panganan yang berbahan dasar tepung ketan dan gula merah ini, lambat laun telah menyesuaikan dengan perubahan cita rasa masyarakat yang sangat dinamis. Dulu, rasa dodol garut setahu saya hanya terdiri dari dua jenis seperti yang lazim beredar di pasaran. Kini, soal rasa sudah banyak variasinya, ada dodol rasa jambu, rasa durian, wijen, nanas, tomat, coklat, dan masih banyak macamnya.

[caption id="attachment_212686" align="alignright" width="300" caption="Dodol Garut rasa Jambu, salah satu varian dodol (foto oleholehtibandung.com)"]

1354584740216453555

[/caption]

Yang paling menarik tentu saja dodol garut berbahan coklat, di pasaran sering disebut Chocodot. Sebagaimana dikutip dari wartaukm.com, dodol jenis ini dikreasi oleh Kiki Gumelar, seorang wirausahawan asal Garut, Jawa Barat. Di bawah bendara Tama Cokelat Indonesia, Kiki mengangkat kuliner khas Garut ini ke pasar dunia.

“Mimpi saya adalah agar produk cokelat isi dodol pertama di dunia ini bisa menambah kekayaan kuliner khas Garut sekaligus mengangkat citra kudapan tradisional Garut ini ke konsumen dunia,” tekad Kiki saat peluncuran pertama Chocodot. Kiki tidak hanya menciptakan Chocodot khas dari segi rasa, namun juga dengan kemasan yang menarik. Isi Chocodot dimodifikasi mengikuti selera konsumen tanpa menghilangkan kekhasan rasa dodol di dalamnya.

Sepak terjang Kiki mendapat dukungan dari pemerintah setempat. Chocodot pun berhasil mengambil hati masyarakat Garut. Kendala yang dihadapi saat ini adalah kurangnya informasi yang bisa diakses konsumen tentang Chocodot. Beruntung Kiki bergabung dalam program Bisnis Lokal Go Online.

Hingga kini, Tama Cokelat Indonesia sudah memiliki enam gerai di Garut, satu gerai di Jakarta dan Bandung. Popularitas Chocodot pun telah menjangkau konsumen di beberapa negara tetangga. Kesuskesasan ini mengantar Kiki mendapat penghargaan The Greatest Innovation Award 2011 dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Pendidikan Nasional, dan Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Sederet penghargaan lain pun sudah pernah disabet Kiki, seperti produk terbaik dalam Pameran Makanan Internasional Tutto Food di Milan, Italia tahun 2011, 4 penghargaan dari Indag Jabar “Food Etnik Jabar 2011 untuk kategori juara 1 Lomba Industri Makanan dan Minuman Berbahan Baku Lokal, kategori  “Kreasi Kemasan Produk Makanan dan Minuman Menarik,  juara 2 kategori “Inovasi Produk Makanan dan Minuman dan Penggunaan Bahan Baku, Juara 2 kategori “Pemberdayaan Masyarakat Lokal dan juara 3 Lomba Industri Makanan dan Minuman Berbahan Baku Lokal kategori ‘Diversifikasi Produk Makan dan Minuman.

[caption id="attachment_212684" align="alignright" width="300" caption="Chocodot, cita rasa dan kemasannya mirip coklat Swiss (foto wartai=ukm.com)"]

13545842951800511169

[/caption]

Dodol Garut Go International

Kasus Bupati Garut sudah merebak kemana-mana. Sebagai wirausahawan, sosok seperti Kiki Gumelar atau pun kiki-kiki lain harus merespon blow-up berita ini sebagai sebagai pseudo-marketing atau memanfaatkan sebagai pemasaran terselubung. Tentu saja ini dapat menekan biaya marketing serendah-rendahnya dengan memanfaatkan popularitas Garut seperti saat ini. Sukur-sukur bisa mengekspor ke luar negari. Barangkali para WNI di sana banyak yang berminat sekedar melepas rindu akan kampung halamannya di tanah air. Saya yakin, bukan hanya warga Garut atau Jawa Barat saja yang suka dengan panganan Chocodot atau dodol dengan berbagai variannya. Diharapkan, dodol garut dapat menyamai popularitas mie instan di daerah kantong-kantong WNI di luar negeri. Aamien.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline