Lihat ke Halaman Asli

Menjadi LGBT yang Baik dan Benar

Diperbarui: 14 Februari 2016   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siapa bilang menjadi LGBT itu mudah? Kata siapa? 

 

Well,, ngomongin LGBT,, sekarang lagi rame dan rame lagi yah... Seanalisis sotoy saya, komunitas ini mulai berani menyuarakan haknya, ketika undang-undang perkawinan sesama jenis kelamin di Mamarika sana disahkan. Ya, bisa dikatakan belum lama ini laaah. Tiba-tiba euforia sana sini terjadi. Adapun orang-orang yang dulunya 'bersembunyi' di dalam tanah, tetiba keluar dan memekik dengan sesendu-sendunya, Tolong, sahkan juga aturan itu di negeri ini, duhai anggota dewan yang terhormat!

Memang ada-ada aja kelakuan mereka ini. Saya sih gak ngebayangin, kalau disahkan, dalam satu keluarga ada bapak dan ayah-ayahan. Atau bunda dan ibu-ibuan.. Apalagi ketika adegan mesra-mesraan dalam sebuah kamar. Yang brewok bilang sayang dan dibalas, apa sayang, oleh yang berjakun.. Dengan suara yang sama-sama sember.. whoaaaa.. Geli gak sih??

Kendati demikian, mereka masih berwujud manusia, loh. Saya pun tak setuju klo keberadaan mereka di-bully, hanya karena masih seperti itu. Saya tuh kayak pengen coba memahami perasaan mereka. hehe Baik kan? Gini, kata temenku yang sering banyak begaol dengan yang begituan, menjelaskan, bahwa ternyata banyak faktor yang membuat seseorang menjadi mehong, lesbong, bencong, transgendong...

Katanya, mereka gitu bisa karena dari kecilnya salah asuh. Misalkan bapaknya ingin anak laki-laki, eh yang lahir perempuan. Karena gak bersyukur, akhirnya dipakein pakaian perempuan. Diperlakukan sebagaimana mendidik anak perempuan. Dikasih bedak, bibirnya dilipstikin, dipakein bando plus pita jepang berwarna pink. Karenanya, tumbuhlah bibit-bibit keperempuanan. Jalannya gemulai, ngomongnya kemayu. Lebih seneng dipanggil cantik daripada ganteng. Suka marah dipanggil Mas pengennya Miss. hehe

Betul gak, nih? Ya setidaknya demikianlah yang dijabarkan sama temenku yang sering begaol dengan kaum seperti itu. Ya kalau salah dan gak sesuai, jangan salahin saya.. Da saya mah apa atuh.

Terus temen aku juga cerita, ada juga kasus yang kayak gini. Kasus skandal percintaan. Misalkan ada cewek bernama A, suka sama cowok berinisial B. Terus pacaran, terus bobogohan, terus jadian.. tapi putus pas lagi sayang-sayangnya.. beuh,, itu jleb sejleb-jlebnya..

Lalu dengan penuh amarah yang tak tertahankan, si-A tiba-tiba berasumsi semua cowok brengsek dan dia memilih jadi lesbong. Ya, walaupun gak sesederhana gitu. Tapi kebanyakan gitu. 

Jujur sih, sebagai manusia yang bernurani, saya kasian ke mereka. Udah mah gitu, mereka gak diterima masyarakat. Jujur kasihan dan menyayangkan mengapa mereka memilih jalan gituan. Padahal banyak jalan menuju Roma.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline