Tidak berkelap-kelip, tidak juga bergetar.
Sejak awal, HP-ku kesepian.
Inginnya ada SMS yang menggetarkan,
layar menyala, menampilkan amplop kecil di pojok kanan.
Inginnya ada nada monofonik berdering,
seperti Nokia tune yang terlalu sering.
Inginnya ada pesan,
"Selamat pagi, kelinci" tertera di inbox,
bukan sekadar draft yang kusimpan sendiri.
Inginnya ada panggilan tak terjawab,
bukan hanya bayangan di layar biru pudar.
Kelak, di suatu hari aku kesepian,
aku ingin infrared ini bekerja,
mengirim pesan tanpa kabel,
tanpa jeda, tanpa hampa.
Inginnya, kamera VGA menangkap bayanganmu,
meski buram, setidaknya bukan khayal.
Inginnya, setiap baris puisi ini tidak sekadar ingin,
tidak sekadar andai.
Inginnya, kau benar-benar ada,
terjadi di setiap baris puisi ini.
Aku mengulang level terakhir Snake,
berharap pesanmu muncul sebelum aku kalah.
Dulu aku menunggu lampu hijau Nokia,
kini hanya ceklis dua tanpa biru.
HP-ku juga letih menunggu,
keypadnya berdebu, nadanya bisu.
Dan aku masih merapal namamu,
di layar yang tak lagi bersinar,
dengan baterai yang perlahan mati,
tanpa ada charger untuk menghidupkannya lagi.
Seperti pesan yang tak terkirim,
seperti nada dering yang tak lagi dikenal,
aku tinggal kenangan dalam genggamanmu.
**
M Sanantara
Bgr, 02022025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI