Lihat ke Halaman Asli

Jarot Mahardika

Terus belajar

Tinggal di Sapporo, Tiga Derajat Celcius Berarti Hangat

Diperbarui: 1 Februari 2017   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampus Hokkaido University. (Dokumentasi Pribadi)

Tinggal di Sapporo memang membawa pengalaman tersendiri, sebuah kota yang terletak di Pulau Hokkaido, Jepang. Kota terbesar ke lima se-Jepang, dengan jumlah penduduk terpadat nomor empat di Jepang, setelah Yokohama, Osaka, dan Nagoya. Sapporo disebut-sebut sebagai salah satu kota metropolitan terdingin di dunia. Musim dinginnya panjang dan saljunya cukup tebal. Saat puncaknya, suhu musim dingin Sapporo bisa mencapai minus belasan derajat celcius, bahkan disebutkan pernah mencapai rekor -29° C (titik beku air 0° C lho). Tak heran jika Sapporo dinobatkan sebagai salah satu kota metropolitan terdingin di dunia. Situs www.jetstar.com menyebut "suhu musim dinginnya brutal". 

Suasana jalanan Sapporo saat cuaca cerah, tetap saja dingin. (Dokumentasi Pribadi)

Beruntung saya datang di Sapporo pada saat musim gugur sehingga bisa beradaptasi dengan cuaca setempat meskipun sudah di penghujung. Pada saat pertama menginjakkan kaki di Sapporo, saya merasakan dingin yang menusuk, dingin yang disertai angin. Seolah-olah aliran udara dingin masuk melalui pori-pori dan berusaha menusuk ke tulang. Untungnya saya menggunakan jaket tebal. Biasanya saat gesture saya menunjukkan seperti orang kedinginan, teman-teman yang lebih dulu tinggal di Sapporo selalu mengatakan, "Dingin ya? Ini belum apa-apa, ini belum musim dingin." Dalam hati, "Hmmmm... apa iya?", ternyata memang iya. Benar! saat musim dingin datang, dinginnya luar biasa. Setiap membuka pintu rumah, rasanya seperti membuka pintu kulkas yang di dalamnya ada kipas angin, wuuzzzz..... brrrrrr.....

Saat salju turun sangat lebat. (Dokumentasi Pribadi)

Meskipun Sapporo adalah kota yang dingin, menurut saya kota ini layak dan nyaman untuk ditinggali. Sapporo adalah kota yang tenang, tata kotanya baik, jalan-jalan lebar, fasilitas umum juga memadai, termasuk transportasi massalnya. Hal tersebut bagi saya dapat mengalahkan suhu dinginnya Sapporo. Sejak sebelum berangkat ke Sapporo, saya telah mempelajari Sapporo melalui internet, terutama mengenai iklimnya. Walaupun dikatakan sebagai kota yang dingin, apalagi untuk ukuran saya yang sebelumnya tinggal di daerah tropis, saya punya keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mampu beradaptasi dengan lingkungan, jadi tak perlu cemas berlebihan.  

Maka dari itu, setelah mempelajari iklim Sapporo dari berbagai sumber, adaptasi segera saya lakukan walaupun masih di Indonesia. Setiap ruangan yang berpendingin ruangan, saya usahakan untuk mengatur temperatur pada suhu terendah. Pendingin ruangan di Indonesia rata-rata suhu terendahnya adalah 18° C, walaupun ada juga yang 16° C. Terlihat konyol memang, tapi saya merasakan manfaat yang cukup. Proses ini mengakibatkan teman seruangan di kantor sering memakai jaket, tidak betah di ruangan, dan sebentar-sebentar membuat minuman panas, hehehe...

Pemandangan biasa saat winter, mobil dihiasi es. (Dokumentasi Pribadi)

Seaindainya ungkapan "cuacanya cocok buat tidur" kita pakai, seperti yang kita sering ungkapkan di Indonesia karena cuaca hujan sehingga mengakibatkan suhu dingin dan cocok untuk tidur, Sapporo adalah kota yang cuacanya cocok digunakan untuk tidur selama berbulan-bulan, hehehe....

Suasana malam hari di kampus Hokkaido University, malamnya terlihat terang karena salju memantulkan cahaya. (Dokumentasi Pribadi)

Saat ini masuk bulan keempat saya tinggal di Sapporo, saya telah melewati hari-hari dengan suhu minus belasan derajat cecius, sudah mulai terbiasa, dan sudah bisa mengatakan bahwa "hari ini hangat!", sambil melihat "cuaca saat ini" di ponsel yang menunjukkan angka 3° C.

Cuaca yang dingin dan turun salju tidak menghalangi aktivitas, kami tetap piknik! Bersama teman-teman PPI Hokkaido. (Dokumentasi Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline