Lihat ke Halaman Asli

Mahar dan Bocing ketemu Jodoh

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam ini, benar-benar malam penuh keajaiban. Padahal Mahar, si janda tanpa anak itu, tak memiliki kantong ajaib Doraemon. Tapi tetap saja ia merasa keajaiban menerpa dirinya. Langit Rangkat malam itu bertabur berlian, bukan lagi bintang. Angin bertiup pun menyertakan harum seribu bunga. Ditambah lagi suara kodok dan codot yang kompak membawakan lagu 'Jodohku' terasa jauh lebih merdu dari penyanyi aselinya. Benar-benar ajaib! Matanya terpejam, hidung kembang kempis menahan gejolak didadanya yang disertai nafas memburu. Terkejut bukan kepalang, bahagia tiada tertanding dan angan berasmara kembali menggoda.

"Maukah kamu menjadi pacarku?" ucapan Ki Dalang inilah penyebab semua keajaiban itu. Sekilat petir Mahar menganggukkan kepala. Bahkan tanpa sadar, anggukan kepalanya terlihat sangat kencang berulang-ulang, terlalu bersemangat. Sampai-sampai Ki Dalang sedikit takut, karena Mahar terlihat seperti sedang terkena ayan.

"Jeng, sudah dong nganggukknya." Ki Dalang berseru ketakutan sembari menyentuh bahu Mahar yang langsung tersadar malu.

"Anggukan itu artinya kamu mau kan jadi pacarku?" Ki Dalang kembali berucap lembut selembut marsmellow. Jantung Mahar tak karuan, lompat-lompat norak. mahar tak kuasa menatap Ki Dalang, tertunduk malu tersipu maron. Senyum manis malu-malu kadal tersungging di bibirnya yang merah jambon. Ki Dalang meremas pelan bahu Mahar, yang mengakibatkan efek luar biasa. Mahar langsung menjatuhkan dirinya ke pelukan Ki Dalang yang kaget namun sueneng ruar biasa kejatuhan rejeki nomplok. Sungguh reaksi yang sangat jauh dari hayalannya. Memandang Mahar saja sudah merupakan suatu anugerah bagi Ki Dalang dan malapetaka buat Bocing yang ternyata sedari tadi ngintip di balik pagar.

"Gedubrraaaaaakkkk..." suara gaduh membuyarkan pelukan kedua insan yang sedang dimabuk cinta. Serentak keduanya menoleh kearah sumber keributan itu. Kaget bercampur heran, ada seseorang yang tergolek lemas terengah-engah sambil memegang dadanya, kemudian pingsan. Bergegas Mahar dan Ki Dalang menghampiri, dan astagaaaaaa.... ternyata si Bocing!

"Lho mas Bocing kenapa?" seru Ki Dalang terkejut. Berbeda jauh dengan ekspresi Mahar yang terlihat biasa-biasa saja. Dalam hati berbisik "Paling-paling cuma akal bulusnya doang."

"Mahar, ayo kita bantu mas Bocing. Kasihan dia pingsan begini."

"Ogah Ki, biarin aja ntar juga sadar sendiri. Sebentar, Mahar punya obatnya kok." Mahar berlalu ke dalam rumah. Ki Dalang bengong, menunggu di samping Bocing yang pura-pura pingsan. Mahar sempat melihat tadi Bocing membuka matanya sekejap, mengintip ekspresi Mahar. Huh, benar-benar menyebalkan! Tunggu balasanku, omel Mahar dalam hati.

"Ki, minggir deh. Biar Mahar obatin dulu si Bocing." Mahar mendekat, membawa sebuah kantung kain berwarna hitam. Lalu bersimpuh di samping Bocing yang terbujur pura-pura pingsan. Sekilas Mahar melihat ada sumringah diwajahnya. Pasti dia mengira Mahar bakalan memberikan nafas buatan. Dasar ganjen! Omelan Mahar makin bergemuruh di dadanya.

Mahar mendekatkan wajahnya. Bocing yang masih pura-pura pingsan, kali ini sangat yakin bakal mendapat batuan nafas buatan. Mahar lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong kain. Mendekatkan ke wajah Bocing. Ki Dalang terkejut.

"Mahar... jangan.." ucapan nya terdengar pilu. Bocing tak sadar tersenyum tipis. Hhhmmm.. pasti Ki Dalang cemburu melihat Mahar yang ingin memberikan nafas buatan ke mulutku, hayalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline