Lihat ke Halaman Asli

[ECR4] Ki, Jemputlah Uang Kembalianmu

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sore yang cerah, angin berhembus semilir. Duduk di kursi besi bercat putih menikmati sore membuat Mahar betah berlama-lama di taman Rangkat. Matanya menerawang jauh, melanglang separuh jagad. Sesekali terdengar helaan nafas, ada resah disana. Lamunan kembali berputar terbalik, dua hari lalu di toko rotinya. Pagi itu...

"Pagi mbak.. ada roti..." Seorang pembeli pria. Perkataannya terputus ketika Mahar muncul dari balik steleng penyimpanan roti. Tak berbeda, Mahar juga terkesima. Pandangan penuh sirat terpancar dari keduanya. Sedetik, dua detik, lima detik, sesaat kebisuan meraja.

"Mau beli roti apa mas...?"

Mahar memecah kebisuan. Pembeli adalah raja. Suaranya bergetar, jantung pun tak mau kompromi. Mahar benar-benar grogi. Pria ini…

"Ehh.. anu.. mmmmm... roti ini saja mbak."

Tunjuk pria itu pada salah satu jenis roti dengan ekspresi yang sama, gugup dan sedikit rona berontak keluar mewarnai wajahnya. Mahar mengambil roti yang di inginkan pria itu.

“Cukup mba.. itu saja. Berapa semua?”

“Lima puluh ribu mas.”  Mahar berucap pelan, menunduk malu tak mampu beradu pandang.

Pria itu menyerahkan uang tukaran seratus ribu rupiah. Saat akan mengembalikan sisa uangnya, tiba-tiba pria itu bertanya, atau lebih tepatnya mengajak berkenalan. Mahar senang bukan kepalang. Saat itupun akhirnya tiba!

“Mba… siapa yah namanya? Maaf kita belum berkenalan. Saya Ki Dalang.”

Dengan gagah dan senyum bersahaja pria itu meyodorkan tangannya. Mahar menyambut dengan sumringah, merah kuning hijau bak pelangi mewarnai semburat di wajahnya pagi ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline