Di era digital yang telah mengubah banyak hal ini, membawa perubahan-perubahan pada masyarakat dalam berkomunikasi. Media menjadi salah satu yang memegang peran penting dalam membentuk opini publik. Jenis media yang lebih familiar bagi kita ada dua jenis, yaitu media mainstream dan media sosial. Apa sih yang dimaksud dengan media mainstream dan media sosial?
Media mainstream merupakan media massa yang memiliki jangkauan luas dan pengaruh yang besar pada masyarakat seperti Televisi, radio, koran, dan portal berita lainnya. Dalam proses penyajian berita pada media mainstream terdapat prosedur yang ketat, kelayakan informasi yang diberitakan akan menjadi konsumsi publik sehingga harus melalui proses panjang, sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan media sosial adalah tempat untuk berbagi informasi, berinteraksi secara langsung antar penggunanya melalui platform seperti Twitter/X, Instagram, Facebook, dan TikTok. Masing-masing media ini memiliki cara operasional yang unik dan cara mempengaruhi pola pikir masyarakat yang berbeda.
Media mainstream di Indonesia seperti Kompas, Detik, dan Metro TV seringkali dianggap sebagai sumber informasi yang kredibel. Mereka mengikuti standar jurnalistik yang ketat sehingga memberikan kepercayaan pada berita yang disajikan secara akurat. Selain itu, media mainstream juga memiliki kekuatan dalam agenda setting dan framing, dimana mereka menentukan isu-isu yang akan dibahas serta bagimana cara penyajiannya. Hal ini berpengaruh pada cara pandang masyarakat dalam berbagai topik termasuk politik, dimana pemberitaan dapat menciptakan persepsi yang berbeda.
Disisi lain, media sosial juga menyajikan platform-platform untuk berbagi informasi dan pendapat secara langsung oleh setiap penggunanya tanpa perantara media besar. Kecepatan penyebaran informasinya menjadi salah satu kenggulan. Namun seringkali informasi yang tersebar belum pasti kebenarannya. Selain itu, algoritma platform yang disajikan adalah berdasarkan ketertarikan dari informasi yang didapat menjadikan pengguna hanya mendapat informasi yang sesuai dengan pandangan pengguna, sehingga informasi menjadi bias dan lebih stereotip.
Jika dibandingkan, media mainstream cenderung lebih objektif dan terverifikasi, sedangkan media sosial sering kali mencampur antara opini pribadi dan informasi faktual, sehingga menjadikan informasi lebih subjektif. Selain itu, media mainstream cenderung menjangkau masyarakat yang lebih tua sedangkan media sosial lebih inan di kalangan generasi muda.
Kedua jenis media ini memiliki beberapa dampak, media mainstream berperan penting dalam menyebarkan informasi penting pada masyarakat seperti berita terkini, isu sosial, politik hingga hiburan. Hal ini membantu masyarakat untuk memahami kondisi yang terjadi di dunia. Namun tidak bisa dipungkiri terkadang media mainstream juga dapat digunakan untuk kepentingan pihak tertentu dan sering menampilkan prasangka terhadap kelompok tertentu menyebabkan diskriminasi dalam masyarakat. Selain media maintream, media sosial juga berperan penting dalam memberikan akses mudah dan cepat terhadap informasi dari berbagai sumber. Namun, media sosial rentan terhadap penyebaran informasi palsu yang menyebabkan kebingungan, ketakutan dan perpecahan dalam masyarakat. Media sosial juga dapat menjadi tempat untuk cyberbullying yang menyebabkan trauma dan tekanan mental bagi individu.
Jika kalian ingat dengan salah satu kasus yang sempat viral pada tahun 2019. Audrey seorang siswi SMP di Pontianak, dilaporkan telah menjadi korban pengeroyokan brutal oleh 12 siswi SMA. Dalam laporannya, Audrey mengaku bahwa dirinya telah disiram, dijambak, diinjak perutnya, dan kepalanya dibenturkan ke aspal. Detail-detail kekerasan yang diungkapkan oleh Auder sebagai korban memicu kemarahan dan simpati publik, menarik jutaan orang sehingga memunculkan tagar Justice For Audrey untuk menuntut keadilan bagi korban. Kasus ini menjadi viral, menempatkan tekanan besar pada pihak kepolisian untuk segera menyelidiki dan memproses para pelaku.
Namun, hasil penyelidikan polisi khususnya hasil visum, memberikan gambaran yang berbeda. Dalam visum dinyatakan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda cedera fisik pada tubuh korban, meskipun dalam hasil visum tersebut juga menyebutkan bahwa adanya trauma psikologis yang dialami korban, ketidaksesuaian antara pernyataan korban dan hasil pemeriksaan medis memicu kontroversi besar. Banyak netizen yang awalnya mendukung Audrey mulai mempertanyakan kredibilitas ceritanya, bahkan ada yang menuduh Audrey menyebarkan berita bohong atau hoax. Perdebatan sengit pun terjadi di dunia maya, membagi opini publik menjadi dua kubu yang saling berseberangan. Meskipun informasi yang disampaikan Audrey awal mulanya tidak sepenuhnya benar dan sejalan dengan hasil penyelidikan, tetap tidak dapat disangkal bahwa ia mengalami tindakan perundungan yang menyebabkan trauma emosional yang mendalam. Pada akhirnya, tiga dari dua belas terduga pelaku dinyatakan bersalah dan diberi hukuman tiga bulan layanan masyarakat.
Dari kasus Audrey tersebut bisa menjadi contoh bagaimana cepatnya sebuah informasi beredar meskipun belum pasti kebenarannya dan juga sebagai pelajaran bahwa pentingnya berhati-hati dalam mengambil kesimpulan dari sebuah berita sebelum semua fakta terungkap. Namun, selain banyaknya berita hoax yang tersebar, ada pula berita kondisi saat ini seperti pemberitaan mengenai perkembangan ekonomi Indonesia, meskipun berita yang beredar saat ini banyak menuai polemik namun tidak memungkiri sisi positifnya adalah kita jadi tahu apa saja perkembangan yang terjadi.
Jadi, baik media mainstream maupun media sosial, keduanya memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk opini publik. Sehingga masyarakat juga perlu lebih bijak dalam bersosial media dan lebih kritis dalam memilih sumber informasi serta memahami dampak yang ditimbulkan keduanya. Selain itu, penting juga bagi media untuk memberikan informasi yang seimbang, akurat, serta bertanggung jawab memastikan bahwa opini publik terbentuk berdasarkan fakta yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H