Lihat ke Halaman Asli

Sahabat

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jiwa hilang meninggalkan raga

Hanyut pura-pura menuju keabadian
Tak ada sepi yang tak sendiri
Kecuali sepi yang bersama kalian


Kembaliku ke perantauan
Hanyalah pertaruhan tentang esok
Entah kubertemu siapa nanti
Kalian ada bersamaku hari ini


Pagi bikin kopi
Malam begitu juga
Teh mengganti kadang-kadang
Namun rokok tiada duanya


Hubungan kita lebih dari sekedar persaudaraan
Atau pacaran yang terputus oleh kebohongan
Atau pernikahan yang rusak oleh perceraian
Ini adalah persahabatan, Wahai Para Pengagum Kesetiaan!


Ada apa di balik lintingan?
Nihil
Gemetar senar gitar terasa menghangatkan
Sekali petik menguatkan
Tarikan suara sumbang menyenangkan


Aku menghina kalian
Agar aku semakin dicintai
Aku membenci kalian
Agar kalian saling mempelajari


Payung kuning diguyur gerimis
Lama-lama deras dan kita menyadari air menghinggapi
Kaki-kaki kita menyatu
Melangkah perlahan dengan kebersamaan
Tak takut basah
Tetapi kita mencari teduh
Untuk dapat bersila bersama
Berbagi dan bertikai humor
Dari kebijksanaan hingga kepecundangan


Sahabat,
Ungkapan hanya sebatas penanaman
Agar persahabatan tak cepat usang
Diterjang kemarau atau penghujan


Kali ini kita menyatu, kurasa untuk selamanya.


PP. Pancasila, 05.41 WIB, 2 November 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline