Lihat ke Halaman Asli

Untuk Papa Di Hari Ayah

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mungkin kau bosan membaca tulisan-tulisanku. Terutama ketika aku bicara tentang ayah. Papa, begitu aku menyebutnya. Tak apa. Setidaknya aku ingin menorehkan sedikit catatan pada diriku sendiri. Untuk sekedar mengingat bahwa hari ini adalah Hari Ayah.

Di sini Hari Ayah kurasa tidak begitu populer. Mungkin banyak orang menganggap seorang ayah adalah biasa-biasa saja. Mungkin juga turut memperingati Hari Ayah dianggap suatu ke-lebay-an yang masif dan terstruktur. Tak apa. Setidaknya aku ingin memperingatinya untuk menghormati Papaku sendiri.

Kau mungkin sudah tahu dari banyak ceritaku tentang Papaku. Dan bisa jadi kau sudah bosan karenanya. Tak mengapa. Setidaknya aku tak pernah bosan menganggap Papaku sebagai orang yang terlampau istimewa bagi hidupku.

Aku tak pernah berharap kau pernah mengalami kepahitan yang sama seperti yang pernah kualami. Tak perlu bagimu untuk tenggelam dalam gelap itu hanya untuk sedikit memahami tentang Papa dan aku. Hanya saja betul-betul seperti ini rasanya ketika seorang Papa datang bagaikan malaikat bersayap emas yang membantuku keluar dari segala kepedihan yang menderaku bertahun-tahun.

Ketika kubaca berita tentang seorang ayah yang tega menodai putri tirinya bahkan putri kandungnya sendiri ingatanku selalu melayang pada Papa. Bukan! Bukan karena dia pernah melakukan hal yang sama terhadapku. Justru karena aku ingin bersujud syukur karena Papa adalah laki-laki paling santun yang pernah kukenal. Menjagaku seolah-olah aku patung porselen yang tak boleh retak. Melindungiku seolah-olah aku bisa hancur hanya karena tertiup angin. Biarpun tak setitikpun darahnya mengalir dalam tubuhku.

Segala tawa dan rasa gembira yang kumiliki adalah karena Papa. Semua kekuatan dan semangat yang menopang hari-hariku kuambil dari jiwa Papa. Banyak hal yang tak mampu kuungkapkan dan hanya bisa tersimpan dalam hatiku. Tapi kuharap Papa tahu dari setiap tatapan mataku. Dari setiap senyum yang kuulas untuknya. Dari setiap pesan yang kukirimkan padanya. Dari setiap bait doa yang kupanjatkan untuknya.

Aku hanya bisa berterima kasih dengan cara yang terlalu sederhana. Tak pernah bisa istimewa tapi kuharap Papa tahu bahwa semuanya berasal dari dalam hati dan jiwaku.

Papa Chris terima kasih atas semua yang sudah kau lakukan untukku dalam suka dan dukamu. Maafkan atas semua jalur hitam yang pernah kutorehkan dalam hatimu. Boleh menjadi anakmu selama hampir 11 tahun ini adalah anugerah terbesar yang pernah Tuhan berikan untukku.

Dalam setiap napas yang masih boleh kuhirup dan kulepaskan aku ingin selalu mengirimkan pesan ini dari jauh: Papa aku selalu menyayangimu.............. (Nduk Ayumu)

(DP.14:20.12.11.2014.PPMDS)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline