Awalnya hanya beberapa panel saja, hingga Sabtu, 6 Maret 2021 sore terlihat sudah puluhan karangan bunga terpajang di sepanjang tepian barat pagar gubernuran -- Rumah Jabatan (Rujab) Gubernur Sulsel, Jl Jenderal Sudirman kota Makassar. Termasuk sudah mulai merayap di utara pagar Rujab Jl Gunung Kelabat dan di tepian pagar arah selatan Jl Sungai Saddang. Seperti akan ada pesta kawinan atau upacara peringatan hari-hari penting.
Padahal suasana Rujab terlihat sepi dari kegiatan, sejak KPK menciduk Gubernur Sulsel Prof DR Ir HM Nurdin Abdullah,M.Agr, Sabtu, 27 Pebruari 2021 dinihari dari Rujab.
NA sapaan familiar terhadap Gubernur Sulsel yang terkenal dengan sejumlah inovasi tersebut dibangunkan dari tidurnya lantas dibawa pergi petugas KPK, seterusnya diterbangkan ke Jakarta dalam sangkaan kasus menerima suap pelaksanaan proyek infrastruktur di Provinsi Sulsel.
NA dinihari diterbangkan dengan 5 orang lainnya yang disebut pihak KPK terjaring dari Operasi Tangkap Tangan (OTT) di lokasi lain. Ada uang miliaran rupiah disita sebagai barang bukti dari rangkaian penangkapan ke 5 orang tersebut.
Tim KPK dicegat petugas jaga Satpol PP dan 2 anggota Polri ketika sekitar pukul 2.00 dinihari minta masuk ke Rujab Gubernur Sulsel.
Tapi menurut cerita Mujiono, Kepala Satpol PP Pemprov Sulsel kepada wartawan di Makassar, petugas jaga justeru didesak. Bahkan semua diamankan dalam pos jaga, disuruh diam tak boleh bicara, identitas dikumpulkan dan Hape mereka diamankan.
Kiriman karangan bunga yang kini berdatangan ke Rujab Gubernur Sulsel umumnya bermuatan tulisan doa, harapan, dukungan semangat serta kalimat-kalimat kecintaan terhadap Gubernur Sulsel Prof DR. Ir HM Nurdin Abdullah,M.Agr yang diciduk KPK, tengah malam, 27 Pebruari 2021 di rumah jabatan.
Ada juga beberapa karangan bunga berisikan tulisan yang agak lebay. Seperti ini : 'Pak Gub pulang meki kodong. Rindu sekali mi semua warga ta. Dari Cinta yang tidak bisa terima kenyataan ini." Atau : "Pulanglah Pak Gubernurku. Aku rindu kebiasaan bersamamu. Menjadi ratapan hati pada cinta yang tak bisa terjelaskan."
Para pengirim karangan bunga sebelumnya terpajang dengan no name tanpa nama jelas, kini sudah banyak yang memajang identitasnya secara perorangan, komunitas atau kelembagaan.