Seorang sahabat dari luar provinsi setelah berpotret-ria di depan Tugu Bola Dunia di Kawasan Centre Point of Indonesia (CPI), Sabtu (5/12/2020) siang, meminta untuk diantar berfoto di depan gedung Wisma Negara. Saya agak terkejut mendengar permintaannya.
''Dapat info dari siapa ada Wisma Negara di kawasan ini," tanya saya. Si sahabat spontan menunjuk ke arah Jl Metro Tanjung Bunga, kota Makassar, depan pintu masuk ke Kawasan CPI.
''Di depan sana kan ada spanduk besar bertuliskan Wisma Negara Centre Point of Indonesia," jawabnya. Saya pun lantas teringat jika sejak beberapa waktu ada spanduk bertulisan seperti itu dibentangkan di pagar arah masuk Kawasan CPI. Entah pihak siapa yang memasangnya.
Sesungguhnya, membangun Wisma Negara itulah dorongan awal dikembangkannya Kawasan CPI oleh Pemprov Sulsel ketika masih dalam kepemimpinan Gubernur Sulsel DR H Syahrul Yasin Limpo, SH, MH yang akrab disebut SYL.
Lokasinya dipilih di tanah tumbuh atau delta seluas 20-an hektar di laut depan Anjungan Losari. Rencana membangun Wisma Negara di Kawasan CPI dimaksudkan sebagai ikon baru di kota Makassar.
Kehadirannya sekaligus dikandung maksud menghadirkan simbol kenegaraan berupa Wisma Negara pertama di Indonesia yang berlokasi di tepi pantai kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Dirintis mulai tahun 2009, Pemprov Sulsel menggelontorkan dana puluhan miliar APBD untuk membangun jalanan dan jembatan penghubung dari bentangan Jl Metro Tanjung Bunga ke arah tanah tumbuh yang sebelumnya menyerupai pulau berawa.
Dalam hitungan saat itu, total dibutuhkan dana sekitar Rp1 triliun untuk membangun Kawasan CPI plus Wisma Negara. Dana sebesar itu berat jika sepenuhnya ditanggung melalui APBD Provinsi Sulsel.
Namun bantuan anggaran yang diharapkan dari pemerintah pusat tidak kunjung datang hingga berakhirnya masa jabatan SYL sebagai Gubernur Sulsel dua periode 2008 - 2018. Padahal rencana pengembangan Kawasan CPI di kota Makassar sudah juga pernah masuk dalam perencanaan Bappenas.