Kedua tangannya buntung hingga ke siku. Namun Syafri Said (42) punya hobi memancing. "Sejak masih kecil saya sudah suka memancing," aku ayah dua orang anak ini.
Kedua anak lelakinya, Irsan dan Irfandi tampak begitu riang memepet ayahnya memancing di tepi Waduk Bitoa, salah satu waduk pengendali banjir yang berlokasi di kecamatan Manggala, arah timur kota Makassar, kemarin siang.
Sengatan terik matahari seolah tak dihiraukan oleh bapak dan kedua anaknya. Bahkan Pak Syafri khususnya cuek dengan sejumlah warga yang lalu-lalang berkendara di tepi jalan lingkar Waduk Bitoa sesekali berhenti menepikan kendaraan mengamati gerak-geriknya menggunakan tangkai pancing meski tak memiliki telapak tangan untuk pengenggam.
Kedua tangan Pak Syafri yang buntung, ceritanya, harus diamputasi setelah mengalami musibah tersengat listrik tahun 2017 saat terlibat dalam kerja rangka baja.
"Kita semua manusia selalu ingin hidup normal dan baik, tapi perjalanan kehidupan ini semua sudah ditakdirkan Tuhan," komentar Syafri yang siang itu terlihat begitu lincah mengepit tangkai kailnya di atas sampan kecil di tepi Waduk Bitoa. Kedua anaknya terlihat riang menyemangati setiap kali ayahnya menggoyang tangkai pancing menarik tali kail yang umpannya dipatuk ikan.
"Di waduk ini ikan nila yang rajin makan umpan pancing,'' katanya. Syafri bertempat tinggal di Jl Mawas V No.19 -- sekitar 17-an km dari Waduk Bitoa mengaku, juga sering mengunjungi lokasi pemancingan sekitar kawasan Tanjung Bunga, pantai barat kota Makassar. Ia ke lokasi pemancingan selama ini dibonceng sepeda motor oleh rekan sehobinya. Selama masa pandemi Covid-19 anak-anaknya sering dibawa ikut ke lokasi pemancingan jika tidak ada pembelajaran online. Kedua anaknya bersekolah di SD Mawas, Irsan kelas IV dan Irfandi kelas II.
Jauh sebelum musibah tersengat listrik membuat kedua tangannya buntung, Syafri sudah pisah cerai dengan isterinya di tahun 2013. "Berlatar masalah ekonomi. Dia pergi entah kemana, dan saya yang harus memelihara kedua anak saya yang dilahirkannya. Alhamdulillah, anak-anak tumbuh sehat dan sudah mulai besar," papar Syafri.
Setelah kedua tangannya tak normal lagi, Syafri menjalani hari-harinya memelihara kedua anaknya dengan menjadi Juru Parkir di Jl. Lanto Dg Pasewang, kota Makassar. Mengaku berpendapatan di atas Seratus Ribu Rupiah setiap hari. Penghasilannya itu tetap tidak berubah saat masa Covid-19.
Pantang meminta-minta. "Tapi jika ada yang hendak memberi bantuan secara ikhlas ya saya tidak menolak. Tetapi saya tidak akan menjadi peminta-minta untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari selagi Tuhan masih memberi kemampuan untuk dapat bergerak berusaha di jalan halal. Pekerjaan meminta-minta selagi masih ada kekuatan adalah jalan gelap di dunia dan kelak di akhirat,'' tandasnya.