[caption caption="Relief Monumen Korban 40.000 Jiwa di Kalukuang kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Dua hari usai pelaksanaan Pilkada serentak pertama di lebih 200 kabupaten/kota di Indonesia, 9 Desember 2015, bendera Merah Putih akan dikibarkan setengah tiang di seluruh pelosok Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai tanda Hari Berkabung.
Pasalnya, pemerintah dan rakyat provinsi Sulsel sejak tahun 1986 sepakat menetapkan tanggal 11 Desember setiap tahunnya untuk diperingati sebagai hari bersejarah Peristiwa Korban 40.000 Jiwa Rakyat Indonesia di Sulsel untuk memperjuangkan terwujudnya cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945. Bersamaan hari peringatan tersebut juga ditetapkan bendera kebangsaan agar dikibarkan setengah tiang.
Di era Orde Baru peringatan hari Peristiwa Korban 40.000 Jiwa terasa bergema setiap tahun. Beberapa hari jelang pelaksanaan peringatan, sering ada pemberitahuan dari panitia peringatan tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten kepada masyarakat luas di kota hingga pelosok desa untuk mengibarkan bendera Merah Putih setengah tiang pada 11 Desember. Monumen-monumen perjuangan berkaitan dengan Peristiwa Korban 40.000 Jiwa yang dibangun di berbagai daerah kabupaten/kota di Sulsel mendapat perhatian masyarakat karena umumnya semarak didandani dipugar dijadikan sebagai lokasi berbagai kegiatan sehubungan pelaksanaan upacara peringatan, termasuk ramai jadi sasaran ziarah oleh tak hanya keluarga pejuang, tapi juga masyarakat umum serta anak-anak dari bebagai tingkatan sekolah.
[caption caption="Papan petunjuk ke Monumen Korban 40.000 Jiwa di tepi Jl Pongtiku kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]
[/caption]
Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini tampak semangat peringatan Hari Peristiwa Korban 40.000 Jiwa mulai memudar. Tak hanya terjadi terhadap warga di pelosok yang dahulu selalu terlihat begitu antusias memasang bendera setengah tiang di halaman-halaman rumah mereka pada setiap 11 Desember, tapi juga banyak kantor pemerintah dan swasta tidak lagi memperhatikan menaikkan bendera Merah Putih setengah tiang sebagai penanda suasana berkabung di hari peringatan gugurnya puluhan ribu rakyat akibat berjuang tidak rela Kemerdekaan RI dikoyak oleh pihak bangsa asing. (Baca:http://www.kompasiana.com/mahajinoesa/mengapa-merah-putih-tak-dinaikkan-setengah-tiang_550ac63b813311e717b1e182 dan http://www.kompasiana.com/mahajinoesa/kahar-muzakkar-tetapkan-angka-korban-40-000-jiwa-di-sulsel_551ad971a33311e621b65ae9)
Mulai memudarnya kesadaran warga di Sulsel memeringati Hari Peristiwa Korban 40.000 Jiwa, boleh jadi karena peringatan yang dilakukan setiap tahun selama ini hanya lebih bersifat seremonial berupa bagi-bagi kado kepada keluarga pejuang, tanpa dikemas sebagai momentum upaya penebalan semangat kebangsaan serta penanaman sekaligus pengobaran jiwa, semangat dan nilai-nilai heroik rakyat dan para pejuang tempo dulu untuk bangsa negaranya kepada generasi pelanjut sesuai tuntutan kondisi jamannya.
Kita miris melihat generasi muda yang kebanyakan tidak lagi tertarik terhadap peringatan hari-hari bersejarah bangsanya, termasuk mulai kurang peduli terhadap tokoh-tokoh pejuang terdahulu. Akan tetapi kita juga tidak boleh terlalu harus larut hingga langsung ‘marah-marah’ misalnya, lantaran mengetahui lokasi anjungan sebelah selatan Pantai Losari Makassar yang dihiasi sekitar 20 Patung Tarso (Patung Kepala) Pejuang, tokoh-tokoh berjasa serta melegenda di Sulsel selama ini dijadikan sasaran lokasi percintaan oleh kalangan remaja terutama pada malam hari. Walikota Makassar Danny Pomanto yang ahli perencanaan kota itu sudah pasti paham, masih diiperlukan olah saji patung-patung tarso tersebut agar dapat lebih komunikatif menebar pesan atau riwayat masing-masing terhadap publik pengunjung.
[caption caption="Gerbang Munumen Korban 40.000 Jiwa Sulsel di Kalukuang kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]
[/caption]
[caption caption="Panggung upacara monumen peristiwa Korban 40.000 Jiwa Sulsel di Kalukuang kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]
[/caption]
Penebalan rasa cinta tanah air dan bela Negara, salah satunya dapat disuburkan melalui momentum banyaknya peringatan hari-hari bersejarah serta pengenalan terhadap tokoh-tokoh pejuang bangsa dari masa ke masa.