Lihat ke Halaman Asli

Mahaji Noesa

TERVERIFIKASI

Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

Seleraku Kopi Rebus

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14321818161468659890

[caption id="attachment_366942" align="aligncenter" width="480" caption="Salah satu Warkop ternama di kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Tidak tergolong sebagai peminum kopi berat, namun seperti ada rasa ngiler jika dalam tempo dua tiga hari tidak menyeruput minuman berbubuk hitam tersebut. Hanya saja, saya lebih suka meyeruput kopi dari jenis apapun yang diproses dengan cara dijerang atau direbus, bukan disedu atau hanya disiram air panas.

Justru saya sering meluangkan waktu berulangkali mampir di warung-warung kopi (warkop) apabila berkunjung ke kota Watangsoppeng, ibukota kabupaten Soppeng, berjarak lebih 200 km dari kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Pasalnya, di kota pegunungan yang berjuluk ‘Kota Kalong’ lantaran sejumlah pohon di tengah kotanya menjadi tempat ribuan kelelawar beristerahat siang hari, warkop-warkopnya umumnya memakai dapur tungku merebus kopi menggunakan kayu bakar.

Bukan menolak suguhan kopi siram, tapi ada rasa lebih enak kopi rebus melalui tenggorokan. Mungkin ini soal selera, suguhan kopi rebus yang dimasak menggunakan kayu bakar terasa lebih enak dibanding pemasakan dilakukan menggunakan kompor minyak tanah atau kompor gas.

Seorang rekan pemilik Warkop di kawasan perdagangan Panakkukang, kota Makassar, secara khusus mengundang saya untuk minum kopi ketika memulai menggunakan dapur listrik pemasak kopi. Promosinya, dengan dapur listrik tersebut aroma dan rasa kopi lebih enak. Tapi bagi saya, aroma dan rasa kopi olahan warkop-warkop Soppeng yang dimasak menggunakan kayu bakar terasa masih lebih nikmat. Sekali lagi, hal ini utuh merupakan penilaian menurut selera pribadi.

Saya belum pernah mendapat informasi hasil kajian ilmiah perbandingan rasa, aroma serta khasiat antara minuman kopi yang direbus dan kopi siram atau kopi yang hanya disedu seperti kebanyakan disajikan di warung-warung kaki lima.

Dalam perbincangan dengan sejumlah pelanggan Warkop di Watangsoppeng, umumnya berpendapat kopi dimasak lebih seru karena bubuk kopi dimasak dalam waktu lebih lama hingga mendidih.  ‘’Saya sudah berkeliling  warkop di banyak kota di Indonesia, rasanya kopi Soppeng yang dimasak menggunakan kayu bakar masih lebih enak,‘’ aku Messu (52), salah seorang warga Soppeng tatkala ditemui menyeruput kopi di salah satu Warkop di kota Watangsoppeng.

Akan tetapi alasan mengenai aroma dan rasa kopi lebih enak jika dimasak menggunakan kayu bakar, tidak sepenuhnya dibenarkan pemilik Warkop di kota Watangsoppeng. Salah seorang menjelaskan, kopi apapun jenisnya akan terasa enak apabila dibuat dari biji kopi asli. Maksudnya, bubuk kopinya tidak dicampur dengan bahan lain.

Justru sejumlah pemilik Warkop di Soppeng mengaku, untuk mempertahankan kualitas rasa dan aroma asli kopi, mereka sangat selektif apabila hendak membeli bahan baku yaitu bubuk kopi yang benar-benar dibuat dari biji kopi asli dari pengusaha atau penjual kopi bubuk yang dipercaya. Bahkan untuk menjaga keaslian, ada yang mengaku membeli biji kopi kemudian memerosesnya sendiri , menggoreng biji kopi lalu menggiling menjadi kopi bubuk.

Kota Watangsoppeng sejak tahun 60-an sudah memiliki banyak kedai kopi. Ibukota kabupaten peraih anugerah keberhasilan pelaksanaan pembangunan Parasamya Purna Karya Nugraha di era Orde Baru itu kini dapat dijuluki juga sebagai Kota Kopi. Hampir semua sudut kotanya memiliki Warkop yang hidup, ramai pengunjung siang hingga malam hari.

Ikhwal kopi campur atau kopi tidak asli, pernah diungkap seorang rekan pemilik usaha penggilingan kopi di salah satu pasar tradisional kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Guna mendapatkan laba lebih, sering menyampur dengan biji jagung goreng atau kelapa goreng dengan bijih kopi goreng sebelum digiling menjadi kopi bubuk. Perbandingan campurannya,  10 kg biji kopi goreng dicampur 2 kg jagung goreng plus 1 kg kelapa goreng.

‘’Rasanya sama, kopi yang asli dengan kopi campur itu, kecuali aromanya beda. Hanya peminum kopi berat yang dapat mengetahui perbedaan berbagai jenis kopi, yang asli dan kopi yang telah dicampur melalui aromanya,’’ katanya.  Tapi itu cerita kenangan lebih 20 tahun lalu, saat penggemar maupun Warkop belum merebak di mana-mana seperti sekarang dengan tingkat kepekaan penikmat yang sudah cukup tinggi menditeksi keaslian jenis kopi kesukaannya.

Pengalaman Dahlan Kadir, mantan Ketua SPS (Serikat Penerbitan Pers) Sulawesi Selatan, sudah menjadi kebiasaannya sejak dahulu apabila dirinya terasa kantuk setelah menyeruput kopi, rasa ngantuk hilang. ‘’Sekarang, seringkali saya sudah minum hingga dua cangkir kopi siang hari rasa ngantuk toh masih menyerang. Mungkin faktor usia, tapi kita bisa curiga juga kopi yang diminum kopi tidak lagi seratus persen asli,’’ kelakarnya, suatu siang di sebuah Warkop langganannya di selatan kota Makassar.

Guyonan tersebut kemudian disambut spontan lahirnya semacam diskusi Warkop dengan rekan semejanya, agar ada upaya keras menjaga kualitas kopi produk Indonesia dari segi rasa dan aroma. Salah satunya agar memberikan penjaminan menjaga keaslian produk-produk kopi bubuk di Indonesia.

‘’Kopi bubuk asli tak hanya enak untuk jadi bahan baku minuman, tapi juga berkhasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit. Dapat mencegah anak terserang penyakit mata tinggi (step-pen), dan mengeringkan luka basah,’’ ujar seorang rekan Warkopnya. Benar atau tidak ungkapan ini, wallahualam.

Seseorang yang lain menceritakan, neneknya dahulu jika akan mengirim Ikan Kering ke keluarganya di Pulau Jawa, sebelum dipacking menaburkan bubuk kopi asli untuk meredam bau dan mencegah daging ikan berulat. Nah…

Pastinya, selera saya suka kopi rebus. Saya punya sebuah teko untuk memenuhi selera tersebut, termasuk untuk merebus kopi-kopi bubuk kemasan apabila kehabisan persediaan kopi bubuk yang dibeli kiloan dari pasar-pasar rakyat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline