[caption id="attachment_355080" align="aligncenter" width="480" caption="Perkampungan Terpadu Pokadulu di Pulau Bungkutoko, Kendari/Ft:Mahaji Noesa"][/caption]
Batang, ranting dan daun pohon bergoyang dihembus angin suatu hal biasa. Akan tetapi jika daun pintu atau jendela terketuk-ketuk tanpa terlihat ada orang yang mengetuknya pasti akan menimbulkan sejuta tanya. Apalagi jika hal seperti itu terjadi saat tengah malam yang sepi, dapat mendirikan bulu kuduk.
Aneh tapi nyata. Kejadian seperti itu selama beberapa tahun terakhir sering terjadi di sejumlah rumah penduduk di kampungPokadulu RW 12 RT 3 kelurahan Bungkutoko kecamatan Abeli kota Kendari. Namun warga yang mengalami kejadian umumnya memercayai sebagai Ketukan Setan yang terusik.
Menurut ceriteranya, kampungPokadulu yang kini dihuni 60 KK merupakan wilayah pemukiman baru di kelurahan Bungkutoko. Warganya adalah penduduk yang tahun 2012 direlokasi dari pesisir utara Pulau Bungkutoko yang terkena areal pembangunan Pelabuhan Peti Kemas.
Awalnya, lokasi kampung Pokadulu sekitar 1 km di arah selatan pelabuhan peti kemastersebut berupa hutan berawa. Maklum, hanya sekitar 100-an meter di arah selatannya berbatasan langsung dengan Selat Nambo, sebuah selat yang disebut-sebut banyak orang sebagai yang tersempit di dunia lantaran lebarnya kurang dari 100 meter, memanjang sekitar 2 km dari Teluk Kendari ke tepi Laut Banda.
[caption id="attachment_355081" align="aligncenter" width="480" caption="Prasasti peresmian oleh Menteri Sosial RI di jalan masuk Kampung Terpadu Pokadulu/Ft: Mahaji Noesa"]
[/caption]
[caption id="attachment_355082" align="aligncenter" width="480" caption="Suasana ceria perkampungan terpadu Pokadulu/Ft: Mahaji Noesa"]
[/caption]
[caption id="attachment_355084" align="aligncenter" width="480" caption="Antena parabola di rumah-rumah warga kampung Pokadulu/Ft: Mahaji Noesa"]
[/caption]
Kampung Pokadulu dibangun atas kerjasama Pemerintah Kota Kendari dengan pihak Kementerian Sosial sebagai salah satu model Bedah Kampung Terpadu (City Wide Upgrading). Dibangun dalam bentuk rumah panggung kayuberukuran seragam 5 x 7 meter setiap rumah. Warga yang menghuni uumumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, buruh kasar, dan kerja serabutan.
Perkampungan Terpadu Pokadulu di Pulau Bungkutoko diresmikan oleh Menteri Sosial medio Mei 2012, menjadi kebanggaan tersendiri para pekerja sosial sebagai pemediasi, lantaran model pembangunannyaberhasil memadukan metode perencanaan partisipatif Bedah Rumah dan Bedah Kampung. Lagi pula pembangunan perkampungan terpadu di pulau Bungkutoko ini pihak LSM UPL dan Germis (Gerakan Rakyat Miskin) Kendari kerjasama Arkom Jogya, benar-benar dapat sepenuhnya memanfaatkan Arkam alias Arsitek Kampung yaitu para tukang ahli nonpendidikan formal mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya.
Setelah sekitar 3 tahun ditempati, cerita gangguan‘Ketukan Setan’ yang masih terjadi di pemukiman penduduk Kampung Pokadulu Bungkutoko, boleh jadi tidak akan terjadi lagi jika perkampungan yang masih di kelilingi semak belukar tersebut dilengkapi dengan penerangan umum di malam hari. Hingga saat ini, air bersih untuk air minum masih terasa sulit, jalanan kampung masih dalam kondisi tanah, serta lingkungan masih gelap malam hari karena tidak memiliki lampu penerangan jalan sekalipun jaringan listrikPLN model prabayar sudah memasuki rumah-rumah warga.
Peristiwa dan cerita ‘Ketukan Setan’ di rumah penduduk kampung Pokadulu diakui Ode Sainda, salah seorang kepala keluarga, sudah beberapa kali terjadi di rumahnya pada saat tengah malam. ‘’Beberapa kali terdengar ketukan dari arah pintu dapur yang berhadapan dengan hutan belukar. Pernah kita begadang menunggui, dan terjadi ketukan tapi ketika dilihat tak ada orang di arah pintu,’’ katanya. Hal sama sering terjadi di sejumlah rumah penduduk lainnya di kampung Pokadulu. Berkali-kali warga setempat melakukan ronda malam berkaitan dengan adanya Ketukan Setan tersebut.
[caption id="attachment_355086" align="aligncenter" width="480" caption="Jalan masuk dari Jembatan Kuning ke Pulau Bungkutoko/Ft: Mahaji Noesa"]
[/caption]
[caption id="attachment_355087" align="aligncenter" width="480" caption="Jalanan dua jalur menuju Pelabuhan Kontainer di sisi barat Pulau Bungkutoko/Ft: Mahaji Noesa "]
[/caption]
Saat ini pemerintah mengguyurkan bantuan pembuatan sanitasi bak penampungan tinja (septitank) serta pemasangan pipa pengaliran tinja dari rumah ke rumah warga kampung Pokadulu dengan nilai total Rp 50 juta. Closet menjadi tanggungan penuh dibuat oleh masing-masing warga.Warga umumnya berharap dapat pula segera ada perhatian pemerintah untuk menghadirkan lampu penerangan jalanan dan lingkungan sekeliling kampung Pokadulu di malam hari.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan, sebagian besar dari warga kampung Pokadulu kini telah memiliki pesawat televisi menggunakanantena parabola. ‘’Kalau malam sekarang juga rumah-rumah penduduk ramai dengan pemutaran video berbagai macam lagu. Jika kampung ramai dengan suara-suara lagu dan karaoke hingga larut malam, biasanya saat-saat begitu kemudian ada rumah warga ditakut-takuti dengan ketuk-ketukan setan,’’ jelas Ode.
Benarkah ketukan-ketukan tengah malam di sejumlah rumah warga kampung Pokadulu merupakan ketukan setan, belum ada jababan dan bukti yang mampu meyakinkan. Di tahun 70-an saya pernah ikut rombongan orang-orang yang meronda lantaran setiap malam sejumlah rumah penduduk di RK 9 sekitar Jembatan Merah kelurahan Maccini Sombala kota Makassar terketuk-ketuk tanpa diketahui ujud pengetuknya. Beberapa saat suasana malam terasa mencekam, lagipula lampu penerangan jalan sekitarnya juga masih minim. Plus cerita ketukan pintu misteri tengah malam tersebut berhembus setelah terjadi peristiwa gantung diri seorang gadis.
Namun cerita ketukan tengah malamlantas berakhir setelah warga menemukan sumber ketukan berasal dari kandang kambing di belakang sebuah rumah penduduk di jalan Baji Pangngurangi (sekarang lokasinya sebelah utara kantor penerbitan koran Tribun Timurdi kota Makassar). Rupanya, ada kebiasaan kambing mengetuk-ngetukkan kuku kakinya ke lantai saat tengah malam, sekalipun binatang berjenggot panjang itu dalam keadaan isterahat di kandangnya. Makin nyaring terdengar suara hentakan kaki terlihat kian sering kambing menghentakkan kukunya. Kambing-kambing peliharaan warga itu banyak yang terlepas bebas berkeliaran tengah malam ke pekarangan rumah penduduk. Kuku kaki-kakinya yang dihentakkan di benda keras seperti kardus, papan, dan seng menimbulkan bunyi yang gaungnya masuk terdengar bagai suara ketukan di rumah-rumah penduduk.
[caption id="attachment_355088" align="aligncenter" width="480" caption="Hutan Jambu Mete di tengah Pulau Bungkutoko/Ft: Mahaji Noesa "]
[/caption]
[caption id="attachment_355089" align="aligncenter" width="480" caption="Madrasah Tsanawiyah DDI sudah didirikan sejak tahun 1950 di perkampungan tua sebelah timur Pulau Bungkutoko/Ft: Mahaji Noesa"]
[/caption]
Tahun 90-an saya juga pernah ikut meronda di sebuah rumah di kawasan perumahan Minasaupa, perbatasan kota Makassar dan kota Sungguminasa, ibukota kabupaten Gowa (Sulawesi Selatan) lantaran daun pintu dan jendelanya sering seperti diketuk tengah malam semetara halaman dikelilingi pagar beton dan pintu pagar selalu tergembok.
Suara ketukan tengah malam lebih sering terjadi di jendela kamar depan yang berhadapan dengan taman. Atas saran seseorang, kemudian dilakukan penggalian di halaman depan sekitar jendela tersebut. Ternyata di kedalaman galian sekitar setengah meter ditemukan semacam tulang belulang, diperkirakan sebagai tulang manusia. Tulang tersebut kemungkinan terikut melalui tanah timbunan ketika permukaan halaman ditinggikan. Setelah tulang diangkat dan dipindahkan ditanam di tempat lain, tak pernah lagi terdengar ada ketukan-ketukan pintu dan jendela saat tengah malam di rumah tersebut.
Sekalipun sejak tahun 1950 sudah ada sekolah madrasah Tsnawiah DDI didirikan di Pulau Bungkutoko, namun sebagian besar dari pulau seluas kurang lebih 500 hektar ini dalam waktu cukup lama hanya berupa lahan berbelukar tak berpenghuni. Kampung baru Pokadulu yang sebagian besar dihuni warga beragama Islam, tentu saja, kini juga butuh sarana peribadatan berupa mesjid yang dimakmurkan sehingga peristiwa Ketukan Setan tengah malam dapat menghilang melalui meningkatnya sandaran kepercayaan hanya kepada kebesaran dan kekuasaann Allah SWT. Audzubillahi minassaitanirrajin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H