Lihat ke Halaman Asli

Mahaji Noesa

TERVERIFIKASI

Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

Kok Batu Bata dan Paku Jadi Koleksi Museum?

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Museum Karaeng Pattingaloang yang dibangun di bagian barat lokasi bekas Benteng Somba Opu di Kelurahan Somba Opu Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, ternyata tak sehebat namanya.

[caption id="attachment_134968" align="alignright" width="384" caption="Museum Karaeng pattingaloang di lokasi bekas Benteng Somba Opu/Ft:Mahaji Noesa"][/caption]

Museum dua lantai yang dibangun pada tahun 90-an bersamaan pembangunan sejumlah rumah adat empat etnis – Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja di lokasi bekas Benteng Somba Opu tersebut, terbilang masih sangat miskin dengan koleksi benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan Benteng Somba Opu dan sejarah kebesaran Kearajaan Gowa masa lalu.

Sebanyak 18 lemari pajangan yang terdapat di bagian bawah hanya berisi sejumlah pajangan batu bata dalam berbagai ukuran, sebagai sample batu-bata yang digunakan untuk pembuatan dinding benteng Somba Opu pada abad XVI-XVII. Berikut beberapa buah peluru besi jagur yang ditemukan ketika dilakukan eskavasi terhadap dinding Benteng Somba Opu.

Di lemari pajangan No.88 justru terdapat paku besi, seperti paku besi saat ini, diberi catatan sebagai Paku Abad XVII. Demikian pula dengan Pelatuk Senapan Abad XVII (pajangan No.86) yang berukuran kecil.

[caption id="attachment_134970" align="alignleft" width="300" caption="Cermin pantul di tengah lantai I Museum Karaeng Pattingaloang/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Untungnya, di tengah ruang lantai pertama bangunan kayu tersebut, ada cermin berukuran sekitar 1,5 m x 1 m yang memancing perhatian setiap orang yang masuk ke museum ini. Cermin dapat digerakkan untuk melihat gambar peta situasi Benteng Somba Opu masa lalu yang dibentangkan terbalik di langit-langit plafon lantai II.

Pajangan tiga pasang manakin yang mengenakan pakaian adat Sulawesi Selatan di lantai I tampak berdebu, sepertinya agaklama tak pernah dibersihkan.

Di lantai II, juga terdapat 18 lemari pajangan yang umumnya berisi koleksi keramik pecah yang kemungkinan ditemukan juga pada saat dilakukan eskavasi terhadap sisa dinding Benteng Somba Opu yang dilakukan para sejarawan dan arkeolog antara tahun 1989 – 1993. Di samping terdapat sejumlah duplikat alat-alat perlengkapan dapur orang tempo dulu yang terbuat dari tanah liat, seperti Uring Akkallong (belanga berleher), uring banawa, panne pangnganreang (piring makan), uring sambungangiang, fragmen tempayan, panne maddaung (piring lebar), pattongko uring (penutup belanga), guci butta, batu asah, dan terdapat sejumlah kulit kima ukuran kecil.

Koleksi-koleksi tersebut umumnya tak punya daya tarik yang kuat lantaran benda serupa masih banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari di wilayah Sulawesi Selatan. Apalagi dipajang dengan penjelasan lebih banyak menggunakan bahasa Inggris yang ditulis dengan huruf yang kecil di ruang yang minim cahaya.

[caption id="attachment_134971" align="alignright" width="300" caption="Inilah koleksi Batu Bata di Museum Karaeng pattingaloang/Ft: Mahaji Noesa "][/caption]

Sungguh Museum Karaeng Pattingaloang ini, bertolak belakang dengan nama dan keberadaannya di lokasi bekas Benteng Somba Opu yang memiliki setumpuk catatan sejarah serta beragam benda peninggalan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan dinamika kehidupan di sekitar benteng dan Kerajaan Makassar (Gowa – Tallo) masa lalu.

Karaeng Pattingaloang anak Raja Tallo I Malingkang Daeng Manyonri bergelar Karaeng Katangka seorang Mangkubumi Kerajaan Gowa (1639 – 1654) merupakan cendikia yang dikagumi ilmuwan mancanegara.

[caption id="attachment_134974" align="alignleft" width="300" caption="Koleksi peluru meriam (jagur)/Ft:Mahaji Noesa"][/caption] [caption id="attachment_134973" align="alignright" width="300" caption="Koleksi kulit kerang/Ft: Mahaji Noesa"][/caption] [caption id="attachment_134972" align="alignright" width="300" caption="Inilah koleksi Paku/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Pemilik perpustakaan yang memiliki koleksi perpustakaan lengkap mengenai pembuatan senjata api/mesiu serta teknik membuat benteng pada masanya, diberi gelar oleh VOC sebagai mahasarjana lantaran menguasai dengan fasih banyak bahasa asing, termasuk mahir berbahasa latin. Lantaran kecerdasannya, Raja Inggris pada tahun 1652 memberikan hadiah Galilean Ferspective Glas berupa teleskop besar ciptaan astronom Galileo yang saat itu di Inggris pun masih dihitung jari.

Dalam hidupnya Karaeng Pattingaloang (1600 – 1654)mempersembahkan lebih dari seribu perahu Galley kepada Kerajaan Gowa. Namun di Museum Karaeng Pattingaloang kita tidak menemukan gambaran mengenai perahu-perahu (Galley) berukuran besar dan bertingkat,generasi perahu sebelum dikenal perahu phinisi.

Padahal di lantai I museum ada pajangan guntingan tulisan  Prof.Dr.Zainal Abidin, SH (alm) yang diperbesar mengenai Karaeng Pattinggaloang. Bahkan dalam artikel yang dibuat oleh sejarawan dan antropolog Sulawesi Selatan, 10 Nopember 1993 tersebut, sudah dinyatakan bahwa Karaeng Pattingaloang adalah Pahlawan Sains dan Teknologi.

Pascageger para sejarawan dan arkeolog di Sulawesi Selatan awal tahun 2011 menantang ketika akan dibuat wahana wisata dan rekreasi water boom di lokasi arah timur bekas Benteng Somba Opu, tampaknya tidak diiringi dengan langkah menghidupkan lokasi bekas benteng induk Kerajaan Gowa tersebut. Buktinya, Museum Pattingaloang yang dibangun di dalam lokasi bekas Benteng Somba Opu saja hingga kini dibiarkan merana miskin koleksi, kumal seperti lingkungan seputar puing sisa kaki benteng yang senantiasa bebas ditumbuhi semak.

Mudah-mudahan pembangunan wahana wisata dan rekreasi Water boom dan Taman Burung yang rencananya sudah akan diresmikan pada Hari Jadi Sulawesi Selatan ke-342, 19 Oktober 2011, akan mengundang geger pihak-pihak berkompeten untuk tidak membiarkan lokasi bekas Benteng Somba Opu kembali tertimbun. Dan, Museum Karaeng Pattingaloang dapat mengayakan koleksinya yang dapat memberikan informasi lengkap dan akurat mengenai kebesaran Kerajaan Gowa dengan kebanggaan Benteng Somba Opu masa lalu dan semangatnya, untuk mendorong kemajuan serta kejayaan bangsa hari ini dan yang akan datang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline