Sekitar 400-an hadirmengikuti acara bedah buku ‘Di Makassar Kumengabdi,’Rabu siang, 29 Pebruari 2012 di Hotel Sahid Jaya, Kota Makassar. Buku setebal 183 halaman tersebut berisi biografi, ide dan dedikasiDr.H.M.Anis Zakaria Kama, SH,MH, ditulis oleh Muh.Syakir.
[caption id="attachment_163982" align="alignright" width="281" caption="Kulit buku Di Makassar Kumengabdi/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Sebagian besar peserta bedah buku tampak hadir dengan berpakaian dinas PNS Pemkot Makassar. Di antaranya, juga hadir sejumlah Kepala SKPD dan Camat di Kota Makassar. Maklum, sosok yang jadi obyek materi penulisan buku tersebut, Dr.H.M.Anis Zakaria Kama, SH,MH adalah Sekretaris Kota Makassar yang dikenal dengan panggilan akrab Pak Anis.
Dari 7 orang pembedah, semuanya mengakui seperti apa yang ditulis dalam buku tersebut bahwa sosok Pak Anis adalah seorang pekerja keras, cerdas, birokrat yang sekaligus adalah ilmuwan. Banyak pekerjaan besar yang sukses dilakukan Pak Anis selama 33 tahun menjalankan tugas sebagai pamong di Kota Makassar, namun tidak banyak yang mencatat keberhasilan tersebut.
Lantaran kurangnya referensi tentang kiprah Pak Anis selama ini, menurut Muh.Syakir, sang penulis buku, membuat target penulisan buku yang dijadwalkan sekitar sebulan, molor menjadi sekitar 3 bulan untuk dapat diselesaikan. ‘’Untuk mendapatkan informasi dan keterangan yang jelas, mengharuskan puluhan orang yang pernah dekat dan bekerja sama dengan Pak Anis untuk dilakukan wawancara,’’ katanya.
Walikota Makassar, Ir.H.Ilham Arief Sirajuddin,MM yang tampil sebagai pembeda pertama, mengakui Pak Anis selama ini dirasakan menjalankan fungsi sebagai pendamping yang baik dalam melaksanakan roda pemerintahan di Kota Makassar.
[caption id="attachment_163983" align="alignleft" width="300" caption="H.B.Amiruddin Maula, mantan walikota pengembali nama Kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]
[/caption]
Dalam kedudukan sebagai bawahan, Ilham mengakui Pak Anis sebagai sosok pekerja keras yang patuh kepada atasan, tapi juga mengakui sebagai salah satu guru birokrasinya.
Selama 33 tahun bekerja di Pemkot Makassar, Pak Anis sudah memangku jabatan di berbagai bidang. ‘’Jika orang mau jadi walikota harus tahu benar tentang Kota Makassar. Pak Anis ini tahu sekali tentang Makassar. Termasuk mengetahui dimana tempatnya tikus, buaya dan gajah di kota ini,’’ guyon Walikota Ilham Arief Sirajuddin yang disambut keplokan meriah peserta bedah buku.
Keplokan peserta tersebut diselingi teriakan-teriakan ‘’Majuki Pak Anis !’’ Teriakan mengharapkan agar Pak Anis ikut mencalonkan diri sebagai Calon Walikota Makassar Periode 2013 – 2018 mendatang. Maklum sejumlah baliho Pak Anis yang belakangan juga tampak banyak terpasang di ruang publik Kota Makassar masih dengan pesan yang datar-datar saja, berupa ucapan-ucapan selamat untuk momentum tertentu. Tidak seperti banyak baliho dari sosok lainnya yang jelas-jelas dipasang menyatakan diri akan maju sebagai Calon Walikota Makassar periode 2013 – 2018.
Namun sejumlah peserta menilai, acara bedah buku ‘Di Makassar Kumengabdi’ juga sudah dirancang sebagai bagian dari sosialisasi Pak Anis untuk mencalonkan diri sebagai Calon Walikota Makassar mendatang. Hal itu, katanya, dapat dilihat dari spanduk yang dipajang di dinding-dinding ruang tempat diselenggarakannya acara bedah buku tersebut.
Di antaranya, terlihat terpampang spanduk FPM (Forum Peduli Makassar) yang dilengkapi dengan tulisan ‘’Majuki Pak Anis’. Spanduk AK-47 Anis Kama Mappatuju, AZIK Commonity, KOMPAK (Koalisi Pendukung Anis Kama), SMAK (Simpatisan Muda Anis Kama), dan spanduk bertuliskan The A-Team Anis Kama for Makassar. Lagi pula aroma pencitraan sangat terasa dengan hadirnya banyak pemuda yang menggunakan seragan hitam-hitam dengan tulisan putih di punggung baju ‘’Pak Anis Siap Lanjutkan Pembangunan.’’
[caption id="attachment_163984" align="alignright" width="384" caption="Acara bedah buku Di Makassar Kumengabdi beraroma pencitraan/Ft : Mahaji Noesa"]
[/caption]
Keplokan lebih meriah terdengar ketika pembedah H.Hasbi Ali,SH.MH juga mengatakan, bahwa warga di Amerika Serikat tidak mau memilih atau dipimpin oleh orang yang tidak dikenalnya. ‘’Pak Anis sangat dikenal di Makassar, cocok untuk menggatikan Walikota Ilham Arief Sirajuddin,’’ katanya.
Sayangnya, beberapa saat seusai memberikan tanggapan terhadap buku ‘Di Makassar Kumengabdi,’ Walikota Makassar dua periode, Ilham Arief Sirajuddin lantas meninggalkan ruangan. ‘’Saya akan segera ke Balaikota, karena sore ini juga ada acara pembedahan aparat di sana (maksudnya, mutasi-pen),’’ katanya sebelum meninggalkan ruangan.
Pembedah lainnya, Ir. Arwan Tjahyadi, Rudi Pieter Goni, SE,MM, dan Hudri Arsyad juga ikut memberikan penilaian bahwa sosok Pak Anis juga wajar untuk tampil sebagai Calon Walikota Makassar mendatang.
Acara bedah buku ini mulai terasa hangat ketika Dr.H.B.Amiruddin Maula, SH, MSi, MH tampil sebagai pembedah kedua setelah Walikota Makassar. Amiruddin Maula adalah mantan Walikota Makassar yang digantikan oleh Ilham Arief Sirajuddin.
Ketika H.B.Amiruddin Maula menjadi Walikota Makassar Pak Anis menjabat sebagai Kabag Hukum Pemkot Makassar. ‘’Pak Anis ini figur yang sudah lama saya kenal, banyak berjasa khususnya di Kota Makassar tapi tak mau mengenalkan diri,’’ katanya.
Menyimak buku kecil ‘Di Makassar Kumengerti,’ menurut H.B.Amiruddin Maula, seketika mengembalikan memorinya terhadap masalah besar yang pernah dihadapinya ketika menjabat Walikota Makassar. Seperti halnya menyangkut pembangunan Pasar Butung, Pasar Terong dan Pasar Baru. Termasuk Pasar Pabaeng-baeng yang diklaim sebagai aset Pemkab Gowa. Masalah pembebasan tanah pembangunan Jalan Tol Reformasi, pembangunan Terminal Regional Daya, pembebasan Pantai Losari dari penjual K-5, pembangunan jembatan yang menghubungkan Barombong wilayah Makassar yang terpisah Sungai Jeneberang, tentang pembinaan sumberdaya aparatur birokrasi, dan lain-lain.
‘’Peristiwa-peristiwa penting tersebut kita dapat selesaikan dengan baik dengan melibatkan Pak Anis. Dia bukan hanya guru birokrasi, tapi ibarat perpustakaan besar Makassar. Sebagai birokrat sejati telah mewarnai sejarah perjalanan Makassar dari urban city menjadi the metropolitan city,’’ papar H.B.Amiruddin Maula.
Dalam masa kepemimpinan H.B.Amiruddin Maula sebagai walikota Makassar inilah, nama Kota Ujungpandang dikembalikan menjadi Kota Makassar. Sebagaimana diketahui, seiring dengan pengembangan luas wilayah Kota Makassar di masa Walikota HM.Dg.Patompo tahun 1974, nama Kota Makassar diubah menjadi Kota Ujungpandang.
Pengubahan nama itu mengundang reaksi keras dari masyarakat dan sejumlah sejarawan dan budayawan di Sulawesi Selatan. Namun nanti dalam kepemimpinan Walikota H.B.Amiruddin Maula kehendak mengubah nama Kota Ujungpandang, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan kembali menjadi Kota Makassar terujud dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 86 Tahun 1999.
‘’Pengembalian penggunaan nama Kota Makassaritu adalah andil besar dari Pak Anis. Dia yang membuat sendiri konsep PP perubahan yang diusulkan ke Presiden, dan disetujui tanpa perubahan,’’ ungkap H.B.Amiruddin Maula.
Namun dalam penjelasan kemudian, Pak Anis menyatakan: ‘’Ide segera dilakukannya perubahan nama Kota Ujungpandang kembali menjadi Kota Makassar ketika itu murni datang dari Walikota H.B. Amiruddin Maula. ‘’Saya hanya menjalankan tugas-tugas yang diperintahkan,’’ katanya.
‘’Satu hal yang menurut Maula paling spektakuler adalah peralihan nama Makassar adalah satu-satunya PP yang dirancang bukan oleh lembaga berwenang, yakni Sekretaris Negara, melainkan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Dan Pak Anislah konseptornya. Asal tahu, ini bukan sesuatu yang biasa. Kita berhasil meloloskan konsep PP buatan kita sendiri di pusat, tanpa sedikitpun mengalami perubahan. Jadi konsep yang Pak Anis bikin itu, tidak diutak-atik Sekretaris Negara sampai ditandatangani oleh Presiden BJ Habibie, papar Maula’’ (Hal.85, Di Makassar Kumengabdi).
Tiga puisi dibacakan langsung oleh H.B.Amiruddin Maula diujung pembedahan buku tersebut. ‘’…aku hanya ingin berpesan/jangan tergoda rayuan gombal dan janji-janji yang memabukkan/jangan gadaikan cintamu terhadap mereka yang hanya menebar pesona tanpa kerja nyata/tanpa bisa membedakan air laut dan air tawar/jangan pasrahkan tubuhmu dijahili dengan syahwat birahi/jangan mau berlayar bersama nakoda yang tak tahu membaca kompas/oh Makassar/bila saatnya telah engkau akan memilih/pilihlah yang ganteng kerena senyumnya yang simpatik dan menawan/pilihlah yang sopan dan cerdas karena tutur katanya yang lembut dan sangat terpelajar/pilihlah yang setia, berdedikasi dan berpengalaman sebagai inang pengasuhmu puluhan tahun/pilihlah yang rendah hati dan tidak sombong, namun pekerja keras dan punya rasa malu ……..’’(Puisi ‘Oh, Makassar II’ oleh H.B.Amiruddin Maula).
Banyak peserta bedah buku kemudian berebut menjabat mantan Walikota Makassar yang beberapa waktu lalu bersama sejumlah pimpinan daerah lainnya di Indonesia harus menjadi korban kebijakan pengadaan alat Pemadam Kebakaran (Damkar) oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian dalam Negeri di era kepemimpinan Mendagri Hari Sabarno.
‘’Demi masa, begitu Allah bersumpah, demi masa telah kupersembahkan baktiku padamu,’’ kata H.B.Amiruddin Maula dalam bait puisi ‘Demi Masa’.
Dalam ujung komentar menanggapi para pembedah buku, Pak Anis mengatakan kebiasaannya selalu berusaha memahami sesuatu, mencari jalan keluar dari suatu permasalahan tanpa perlu menceritakan kepada orang lain.
Anda tahu, saat dilakukan Bedah Buku ‘Di Makassar Kumengabdi,’Rabu, 29 Pebruari 2012 adalah merupakan hari terakhir dari Pak Anis sebagai PNS. Sebab terhitung mulai 1 Maret 2012, Sekretaris Kota Makassar Dr.H.M.Anis Zakaria Kama, SH,MH alias Pak Anis sudah harus memasuki masa purnabakti (pensiun) setelah mengabdi selama 33 tahun dengan mengikuti gaya kepemimpinan 7 walikota di Makassar.
‘’Namun, Alhamdulillah, hari ini juga saya mendapat SK dari Mendagri yang menyatakan terhitung mulai 1 Maret 2012 saya diangkat menjadi dosen di IPDN di Kota Makassar,’’ kata Pak Anis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H