Berulangkali dokter yang menangani operasi mengeluarkan potongan-potongan besi berujung tajam menyerupai paku di kedua betis bocah Safirah (3 th) di RSU Andi Makkasau, Kota Parepare, Sulawesi Selatan menyatakan, benda-benda tersebut berdasarkan analisa medis dimasukkan dari luar tubuh. Bukan benda tumbuh atau yang dapat mengalami pertumbuhan seperti tulang, urat atau daging di dalam tubuh.
[caption id="attachment_140219" align="alignright" width="432" caption="Ilustrasi/Ft:bg10ry.blogspot.com"][/caption]
Analisa itu diperkuat dengan ditemukannya sebuah potongan besi jarum suntik yang biasa dipakai untuk injeksi di antara potongan-potongan besi di betis Safirah. Demikian pula, sebelum dilakukan operasi tim medis menemukan sejumlah tanda seperti bekas tusukan memasukkan sesuatu di kulit betis Safirah.
Namun demikian, masih banyak kalangan warga mengaitkan kejadian tersebut dengan kerja ‘Ilmu Hitam’ – seperti kerjaan ahli-ahli sihir dalam cerita-cerita lama atau cerita masa kehidupan animisme dan dinamisme yang percaya akan adanya kekuatan-kekuatan dari benda-benda dan roh yang dapat digunakan untuk kebaikan maupun merusak kehidupan manusia.
Hasil rontgen di RSU Andi Makkasau (3/11/2011) yang menunjukkan masih ada sebuah potongan besi di betis Safirah pascaoperasi yang dilakukan 1 Nopember 2011, memperkuat berkembangnya opini liar di tengah masyarakat jika besi-besi yang bersarang di tubuh Safirah adalah benda-benda kiriman dari permainan Ilmu Hitam. Potongan besi itu dianggap banyak warga merupakan besi yang baru, karena pada operasi pertama dinyatakan semua besi (26 potong) di kedua betis Safirah sudah dikeluarkan. Kecuali sebuah benda yang juga dicurigai merupakan potongan besi di bagian tubuh Safirah yang belum diangkat.
Menurut ahli bedah di RSU Andi Makkasau, Kota Parepare, dr. Kamaruddin, kemungkinan sebuah potongan besi yang masih tertinggal di betis kiri Safirah tersebut tidak terditeksi sebelumnya, lantaran peralatan bedah yang terbatas di rumah sakit tipe B ini. Namun penjelasan seperti itu tidak menyurutkan berkembangnya pembentukan opini masyarakat Kota Parepare dan sekitarnya, menghubungkan potongan-potongan besi di betis Safirah adalah hasil kerja Ilmu Hitam.
Abd. Halim (50), seorang pengamat Ilmu Hitam di Kota Makassar menyatakan sangat sependapat dengan para dokter yang menangani Safirah, bahwa benda-benda tersebut dimasukkan dari luar tubuh. Dia malahan menegaskan agar dalam proses penanganan medis mengeluarkan potongan-potongan besi dari tubuh Safirah, sekaligus pihak berwajib melakukan penyelidikan seksama, berdasarkan bukti adanya kerja kejahatan di balik peristiwa yang mengundang perhatian publik tersebut. Termasuk mencurigai jangan sampai hal ini merupakan bagian dari skenario mengeksploitasi bocah Safirah untuk tujuan tertentu.
Ilmu Hitam, menurut Abd.Halim, umumnya merupakan kejahatan terhadap manusia yang dilakukan melalui kerja tipu-tipu dan penuh kebohongan. Tak ada ahli Ilmu Hitam, sebutnya, yang dapat menghantam atau mengirimkan sesuatu ke dalam tubuh seseorang yang dikehendaki dari tempat jauh alias tidak dilakukan secara langsung ke obyeknya. Apalagi untuk mengirim benda seperti potongan-potongan besi yang terdapat di betis atau tubuh Safirah hanya melalui tiup-tiupan atau pembacaan matera-mantera dari tempat terpisah. Itu cerita omong kosong!
Biasanya, urai Halim, orang-orang yang terlibat di dunia ‘Ilmu Hitam’ semacam pesulap-pesulap tradisional yang sering sukses bermain mencari duit di masyarakat pendidikan rendah serta masih hidup dalam kondisi ekonomi pas-pasan. Seringkali mereka yang membuat hal aneh-aneh, lalu dia sendiri kemudian tampil untuk mengatasi hal aneh tersebut. Ujung-ujungnya tak lain untuk memperoleh duit dari korban-korbannya. Ada juga pola kerja dilakukan dengan menggunakan anggota sebagai pekerja lapangan.
‘’Suatu kali di sebuah tempat ada seseorang lelaki tua sudah berbulan lamanya terbaring, lumpuh terserang stroke. Kemudian seseorang dari anggota tetangga datang menjenguk dan menyatakan sakitPak Tua sebenarnya akibat kiriman Ilmu Hitam dari orang yang sakit hati semasa kuatnya. Anggota keluarga pun setuju ketika tetangga tersebut memanggilkan seorang ahli Ilmu Hitam untuk menanganinya. Dalam suatu prosesi pengobatan, ahli Ilmu Hitam meminta kepada tuan rumah untuk menggali tanah di bawah tangga rumah panggungnya karena di tempat tersebut ada sesuatu yang ditanam orang penyebabPak Tua lumpuh. Dari penggalian, ditemukan sebuah bungkusan berisigulungan rambut manusia, beberapa batang jarum, dan tujuh buah biji kemiri. Benda-benda itu kemudian diperintahkan untuk dibuang ke sungai yang beraliran deras, setelah dilakukan prosesi doa dengan sajian hasil memotong tiga ekor ayam berbulu hitam serta masakan tiga macam beras ketan. Sekalipun dalam beberapa bulan kemudian, Pak Tua harus menemui ajal tetap dalam keadaan stroke. Ahli Ilmu Hitam tadi tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar tempat tinggal Pak Tua. Bahkan selalu jadi andalan masyarakat menangani hal-hal aneh yang dicurigai berkaitan dengan Ilmu Hitam.
Suatu kali, pernah penghuni tiga rumah tangga tiba-tiba semua terserang gatal di seluruh bagian tubuhnya. Untuk mengatasinya dipanggillah si ahli Ilmu Hitam tersebut. Dan benar, semua yang mengalami gatal setelah dipegang oleh si ahli langsung sembuh. Tak terasa lagi ada gatal di ketiga penghuni rumah tersebut. Peristiwa ini membuat kepercayaan warga makin kuat terhadap ahli Ilmu Hitam itu.
Belakangan sejumlah warga mengetahui, jika ahli Ilmu Hitam adalah penipu yang bekerja sama dengan tetangga Pak Tua yang telah meninggal. Bungkusan berisi rambut, jarum dan biji kemiri di rumah Pak Tua ditanam oleh tetangga Pak Tua yang merupakan anggota dari si ahli Ilmu Hitam. Demikian pula sebagai penyebar miang gatal kepada tiga rumah tangga. Miang tersebut serta merta manawar tak gatal apabila diolesi minyak kelapa. Ketika kedoknya terbuka, si ahli Ilmu Hitam dan anggotanya hengkang meninggalkan kediamannya. Model tipu-tipu sepeti inilah yang sering dilakukan mereka yang menamakan diri sebagai ahli Ilmu Hitam,’’ papar Halim.
Dia kemudian berulangkali menyebut, potongan-potongan besi di kedua betis dan tubuh bocah Safirah di Kota Parepare, Sulawesi Selatan sama sekali bukan benda kiriman kerjaaan Ilmu Hitam. Justru pihak berwajib diminta juga untuk jeli memantau peristiwa Safirah tersebut. Termasuk mencurigai ada unsur kejahatan, atau upaya mengeksploitasi bocah Safirah untuk maksud tertentu.
‘’Pemeriksaan lab yang dilakukan terhadap potongan-potongan besi dari betis Safirah saat ini, diharapkan dapat menerangkan ke masyarakat luas bahwa benda-benda seperti itu tak dapat masuk ke dalam tubuh manusia tanpa dilakukan atau dimasukkan secara langsung,’’ kata Abd. Halim.
Untuk mengeluarkan dua potongan benda yang tersisa di tubuh Safirah, ada rencana akan dilakukan usai lebaran Idul adha di rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap di Kota Makassar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H