Lihat ke Halaman Asli

Mahaji Noesa

TERVERIFIKASI

Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

Gajah Mada ‘Ksatria dari Pulau Wangiwangi’ Akan Difilmkan

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Media warga kompasiana.com kembali membuktikan diri sebagai salah satu saluran informasi yang kontennya diperhitungkan. Hal itu, antara lain, bisa dibuktikan dari ungkapan Ketua Lembaga Forum Komunikasi (Forkom) Kabali Indonesia, Ali Habiu, dalam tulisannya yang diposting Minggu,12 Juni 2011 di opinion-publika.blogspot.com

[caption id="attachment_115064" align="aligncenter" width="648" caption="Salah satu tarian warga Liya, Wakatobi/Ft:informasibudayaliya.blogspot.com"][/caption]

Pengurus Pusat lembaga yang konsen di bidang pelestarian nilai-nilai tradisi, sejarah dan budaya Keraton Liya di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tersebut, menyebut (tersirat) materi tulisan bertajuk ‘Gajah Mada Lahir dan Moksa di Liya, Wakatobi’ (postingan 1 April 2011), kini sedang ditelusuri untuk memperkuat penyusunan materi naskah pembuatan sebuah film kolosal.

[caption id="attachment_115065" align="alignleft" width="336" caption="Gajah Mada"][/caption]

Saat ini, katanya, pihak ‘Semut Putih Indonesia’ – produser film-film kolosal di Indonesia sedang merencanakan untuk membuat sebuah film kolosal yang berjudul ‘Ksatria dari Pulau Wangiwangi’. Sinema itu rencananya akan mengangkat cerita efik sejarah tentang Mahapatih Gajah Mada (Ksatria Wangiwangi) yang menjadi pemersatu Nusantara.

Dalam rangka itulah, pada 11 Juni 2011 lalu, Direktur Produksi ‘Semut Putih Indonesia’ Lucky Valentino melakukan pertemuan khusus dengan Ketua Forkom Kabali, Ali Habiu dan La Ode Ali Ahmadi (Wakil Sekretaris) di Hotel Estate, Kota Kendari, ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Kepada pihak Forkom Kabali dilakukan konfirmasi data berkaitan dengan kisah Gajah Mada khususnya di Pulau Buton, juga menyangkut perjalanan hidup Mahapatih Kerajaan Majapahit ini seperti yang telah dipublikasikan melalui kompasiana.com. Simak: Gajah Mada Moksa

Film ‘Ksatria dari Pulau Wangiwangi’ sebagaimana dikutip dari manuskrip naskah film tersebut, dimaksudkan untuk mengangkat efik sejarah yang megah tentang jejak hidup Gajah Mada yang lahir di Pulau Buton dan moksa di Wangiwangi. Alam dan kehidupan pulau-pulau, situs peninggalan sejarah, tradisi dan budaya khususnya di bekas wilayah Kesultanan Buton di Kabupaten Buton, Kota Baubau, dan Kabupaten Wakatobi yang juga memiliki panorama bawah laut terindah di dunia direncanakan akan melatari film ini. Pembuatannya diarahkan agar sejarah menjadi menarik dan menemukan konteksnya di masa kini, terutama agar setelah menonton orang-orang akan tertarik untuk menyimak lagi sejarah bangsa Indonesia, termasuk mengenai Mahapatih Gajah Mada yang ternyata adalah Ksatria dari Pulau Wangiwangi.

[caption id="attachment_115066" align="aligncenter" width="630" caption="Pohon Cempaka berusia ratusan tahun di situs Keraton Liya/Ft:informasibudayaliya.blogspot.com"][/caption]

Penggarapan sinema sekaligus dimaksudkan untuk mengangkat masalah aktual mengenai identitas bangsa dan nasionalisme, agar setelah menonton anak-anak bangsa dapat lebih menghargai warisan sejarah Nusantara.

[caption id="attachment_115245" align="alignleft" width="300" caption="Ketua Umum Forkom Kabali, Ali Habiu/Ft:Kabali Indonesia.Blogspot.com"][/caption]

Daratan Pulau Buton serta pulau-pulau sekitarnya, termasuk Pulau Wanci (Wangiwangi), Kalidupa, Tomia dan Binongko yang kini menjadi Kabupaten Wakatobi, melalui catatan-catatan sejarah diketahui sejak ratusan tahun lalu pernah menjadi tempat para bangsawan kerajaan-kerajaan Nusantara dan pengikutnya untuk mengamankan diri. Baca: Buyon Jelang Tahun Baru Di samping, Pulau Buton dan sekitarnya di masa silam tercatat sebagai wilayah yang sering dijadikan tempat persinggahan para pelaut bangsa Eropa. Di daratan pulau Buton ada bahasa warga Ciacia yang sejak ratusan tahun lalu menggunakan huruf yang sama persis dengan aksara Hangeul -- huruf Korea untuk komunikasi tulis, sekalipun berbeda dalam pengucapan lafaznya

Bahkan jauh sebelum abad XV ketika bangsa portugis mulai menjelajah kepulauan Nusantara, diperkirakan bangsa dari daratan Amerika sudah pula menjalin komunikasi dengan warga yang berdiam di wilayah Pulau Buton dan sekitarnya. Salah satu bukti, tanaman ubi kayu yang berasal dari benua Amerika sudah menjadi makanan pokok penduduk yang mendiami kepulauan Wakatobi, Buton, sebelum bangsa Portugis menjelajahi perairan Indonesia abad XV – XVII. Simak: K-Suami Wakatobi

Kandidat doktoral bidang antropologi budaya di Universitas Gajah Mada, Suminan Udu, disebutkan, telah mengakui bahwa sekalipun cerita rakyat mengenai Gajah Mada di Pulau Buton dan Wangi-wangi belum memiliki data akademis yang kuat, namun sebagai konteks data dimensi fungsional sebuah masyarakat, sudah cukup kuat untuk dijadikan obyek publikasi ataupun pencitraan.

Dalam rangka penyempurnaan manuskrip film Gajah Mada, menurut Ali Habiu, pihak ‘Semut Putih Indonesia’ juga akan melakukan konsultasi dengan para pakar sejarah dan budaya yang tergabung dalam tim penaskahan film-film kolosal Indonesia di Jakarta. Setelah itu, Tim Produksinya akan kembali lagi ke Sulawesi Tenggara, terutama dalam rangka meminta restu dan dukungan kepada Bupati Buton, Walikota Baubau, dan Bupati Wakatobi. Sekaligus melakukan penjajakan ke sejumlah lokasi yang memiliki situs dan artefak perjalanan Gajah Mada di ketiga wilayah yang beretnis Buton tersebut.

Informasi terakhir yang dilansir (18 Juni 2011) oleh Wakil Sekretaris Forkom Kabali, La Ode Ali Ahmadi, saat ini sejumlah ahli bidang kebudayaan lokal dan nasional sedang dipersiapkan untuk melakukan identifikasi awal mengenai situs Gajah Mada yang terdapat di sejumlah tempat di bekas wilayah Kesultanan Buton. Di antaranya, mengenai 40 makam yang selama ini disebut-sebut sebagai makam pengikut Mahapatih Gajah Mada di Kampung Majapahit di Desa Masiri Batauga Kabupaten Buton. Berikut menhir yang terdapat di Gunung Wagumbangga, dan sebuah makam yang dikelililingi pohon Cempaka Biru sebagai bagian dari jejak Gajah Mada.

Menhir yang terdapat di puncak Gunung Labalawa yang dahulu merupakan wilayah Kerajaan Tobetobe – sekitar 5 km dari Benteng Keraton Wolio (Kota Baubau), pun selama ini ditengarai sebagai Prasasti Majapahit. Sejumlah pesan-pesan yang hidup dituturkan turun-temurun dalam masyarakat di sejumlah tempat di Kabupaten Buton dikaitkan sebagaipesan dari Mahapatih Gajah Mada.

Watu Mada (Batu Mada) yang sejak lama dikenal masyarakat di Desa Liya, Pulau Wangiwangi, Kabupaten Wakatobi, kuat dugaan sebagai batu penanda peninggalan Gajah Mada. Termasuk akan diidentifikasi sejumlah menhir dan batu yang bertuliskan huruf Pallawa yang dicurigai sebagai peninggalan Gajah Mada dan pengikutnya di Pulau Wangiwangi.

Sejumlah artis film nasional yang dinilai cocok untuk memainkan peran dalam film epik sejarah Gajah Mada ‘Ksatria dari Pulau Wangiwangi,’ di antaranya, Toro Margen, Nicholas Saputra, Lindung Simatupang, Bondan Prakoso, Tio Pakusadewo, dan Dian Sastro.

Menariknya, dalam tulisan Ketua Lembaga Forkom Kabali Indonesia di opinion-publika.blogspot.com (12 Juni 2011), dikaitkan dengan postingan naskah di kompasiana.comberjudul ‘Gajah Mada Lahir dan Moksa di Liya, Wakatobi. Dia menjuluki saya sebagai ‘Budayawan Kompasiana’. Hahaaa….kambanaaa………….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline