Kepada Sang Saka Merah Putih....Hormat Grak!!!
Aba-aba itu langsung disusul dengan suara merdu lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya.
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Masing ingat potongan kejadian di atas? Kalau kamu orang Indonesia, kamu pasti ingat. Ya, itu momen saat upacara bendera. Hal yang menjadi rutinitas setiap pagi di hari Senin. Katanya, nasionalisme seorang insan Indonesia bisa diukur dari upacara bendera ini. Cara menilainya seperti ini, jika seseorang tidak mau ikut upacara bendera, atau pun ikut upacara namun tidak menghargai jalannya upacara bendera, maka akan mendapat label "tidak nasionalis" dari lingkungannya.
Hmmm... Sepertinya ada yang salah ya, tapi apa ya?
Saya mau bagi sedikit pandangan tentang upacara bendera, ritual yang dianggap sebagai simbol nasionalisme, dan simbol penghormatan terhadap para pahlawan (dengan tanda jasa atau pun tanpa tanda jasa).
Dengan harapan bisa menarik minat baca, saya akan mengungkapkannya dengan frontal dan agak kasar.
Upacara bendera di Indonesia saat ini, dengan susunan acara dan segala jenis embel-embel formalnya, saya klasifikasikan sebagai KEGIATAN TIDAK PENTING. Dari zaman dulu, saat pertama kali saya mengenal kegiatan upacara bendera, sampai sekarang menginjak umur 22 tahun, upacara bendera masih begitu-begitu saja. Seluruh rangkaian acara sangat mudah ditebak, isinya hanya seputaran pembacaan UUD 45, pembacaan Pancasila, pembacaan doa, pengibaran bendera, menyanyi lagu kebangsaan, lapor sana lapor sini, pidato yang membosankan, dan lain-lain.
Kamu tahu apa yang lebih membosankan dari hal di atas?
Harus melakukan hal tersebut berulang kali setiap hari Senin pagi.
Saya masih belum melihat dimana letak nasionalisnya. Mungkin pemikirannya, ORANG JADI TERLIHAT NASIONALIS karena dia TETAP BERTAHAN untuk tetap BERDIRI TEGAK KEPANASAN meskipun sudah nyata-nyata upacara bendera itu SANGAT MEMBOSANKAN. Seperti itu ya?