Oh tidaaaaaaaak dia datang lagiiiiii........ Sepertinya bulan ini dia membawa oleh-oleh super mellow ukuran jumbo. Kira-kira apa yang bakal terjadi di bulan ini ya? Teringat bulan lalu ketika dia mengajak Miss Sensi berkunjung, hmmm.... bikin tensi darah, perlahan tapi pasti, merangkak naik menuju puncak ambang batas kesabaran. Pliss deeeeehhh, kali lain kalau berkunjung bawa sesuatu yang bikin suasana hati cerah, ceria, bahagia, damai, dan sentosa ya!
Ya itulah sepenggal kisah saya ketika pramenstruasi sindrom, atau yang lebih populer dengan sebutan PMS, rutin berkunjung disetiap bulannya. Seandainya saja saya menemukan lampu ajaib milik Aladin dan diberi sebuah kesempatan oleh Abang Jin untuk mengajukan permintaan, pastinya saya akan berkata dengan lantangnya pada Abang Jin “Saya berharap PMS tidak usah datang saja ya, tidak usah repot-repot menemani hari-hari ini untuk menanti kedatangan Bunda M, saya baik-baik saja kok tanpa kamu di samping saya”. Sebuah permintaan yang tidak relistis memang dan hanya terjadi dalam dunia dongeng saja. Hahaha..
Kembali pada kenyataan, PMS merupakan sebuah sindrom yang tidak bisa dihalangi kedatangannya. PMS akan rajin menyantroni perempuan-perempuan di usia produktif dan akan datang tidak dengan tangan kosong. Menurut beberapa sumber yang saya baca, PMS senang sekali memberi kejutan-kejutan kecil di masa penantian kedatangan Bunda M, baik berupa gejala fisik maupun nonfisik. Jadi jangan kaget ketika PMS datang dengan memberi kejutan-kejutan kecil berupa setitik hiasan merah di wajah (baca: jerawat), nyeri di beberapa titik pada tubuh perempuan, perubahan nafsu makan, perubahan suasana hati, mudah capek, sangat sensitif, dan mudah lelah bahkan membuat mata sulit untuk terpejam.
Secara pribadi teori kejutan PMS di atas memang benar adanya. Hampir semua gejala tersebut saya alami di masa penantian sang Bunda. Namun, secara kejiwaan kehadiran PMS menorehkan kisah yang berbeda di setiap bulannya. Terkadang di bulan ini merasakan super mellow, sebulan yang lalu super sensi, dua bulan yang lalu super minder, dan super-super lainnya di bulan-bulan sebelumnya. Masalah yang amat kecil bisa menjadi super besar dibuatnya, kegagalan kecil terasa menjadi kegagalan yang super besar, pokoknya dengan kehadiran tangan ajaib PMS semua hal yang kecil bermetamorfosis menjadi hal yang sangat super sekali. Ya itu lah PMS, terkadang membuat saya sendiri geleng-geleng kepala dan angkat tangan menghadapinya.
Tapi jangan salah, ternyata PMS ada sisi positifnya juga loh dan sangat menguntungkan bagi perempuan yang memiliki hobi menulis, termasuk saya. Mengapa bisa demikian? Bukannya PMS identik dengan hal-hal yang negatif ya? Upst.... Jangan protes dulu, jawabnya mudah sekali. Pada saat PMS emosi sering kali meledak-ledak, kegalaun semakin menjadi-jadi, nestapa kesedihan semakin maeraung-raung, semua serba didramatisir, dan pastinya diperlukan sebuah media untuk melampiaskan semua emosi yang irasional ini, entah dengan mengeluarkan jurus mengomel-ngomel ria kepada siapa saja, atau menangis meraung-raung tanpa alasan, atau bercurhat-curhat ria kepada sahabat, pokoknya semua bertujuan agar beban di hati agak sedikit berkurang. Memang tidak ada salahnya melampiaskannya dengan cara demkian, tapi alangkah baiknya segala kerisauan hati akibat PMS tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan yang bermanfaat. Emosi yang meledak-ledak dapat dijadikan bahan bakar pemacu ide untuk menulis. Kegalauan yang mendalam juga dapat dijadikan sebagai penyubur ide untuk membuat tulisan. Dengan demikian energi besar yang dikeluarkan akibat kedatangan PMS tidak sia-sia begitu saja.
Satu hal yang perlu ditekankan ketika menuangkan emosi dan kegaulan dalam bentuk tulisan agar karya yang dihasilkannya nanti tidak bernuansa negatif, yakni pengendalian tujuan akhir penulisan. Memang pada dasarnya kita ingin melampiaskan emosi melalui tulisan namun kita perlu membuat prinsip bahwa tulisan ini bertujuan untuk melakukan kritik membangun, memotivasi, atau bertujuan untuk mengintropeksi diri sendiri. Dengan demikian energi negatif yang dihasilkan PMS dapat diredam dan diubah menjadi energi positif yang bermanfaat bagi diri sendiri karena dapat melatih kemampuan untuk menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan. Selain itu juga bermanfaat bagi orang lain karena tulisan yang dihasilkan dapat memotivasi orang lain yang membaca tulisan tersebut.
Sedikit kisah dari pengalaman saya ketika mengalami PMS pada siklus bulan Oktober lalu, saya masih ingat sekali, hari itu Selasa, 9 Oktober 2012, sejak pagi saya merasakan alarm PMS sudah berdering-dering tanpa henti, namun saya abaikan kehadirannya. Ketika hendak melaju menuju kantor, saya menyempatkan diri untuk singgah di SPBU untuk melakukan pengisian bahan bakar. Tidak seperti biasanya kendaraan yang berjajar di dalam SPBU itu mengular begitu panjangnya hingga hampir keluar dari area SPBU. Tidak lama saya mengetahui bahwa SPBU tersebut belum mulai beroprasi, padahal seharusnya sejak 30 menit yang lalu SPBU ini sudah beroprasi. Baiklah pada saat itu saya berpikiran posif bahwa SPBU akan mulai beroprasi tidak lebih dari 10 menit. Namun apa yang terjadi, hingga 20 menit kemudian tidak ada tanda-tanda dari SPBU untuk memulai kegiatannya, tidak ada pemberitahuan dan tidak ada pula permohonan maaf dari pihak manjemen, sehingga membuat kami, para pengantre kecewa dan meninggalkan SPBU dengan wajah geram. Saya pun tak kalah geramnya, ditambah dengan kedatangan PMS masalah yang seharusnya kecil didramatisirnya menjadi besar, sehingga muncullah keinginan untuk mencaci maki pihak SPBU. Untung saja hal tersebut tidak terjadi, saya berusaha menahan emosi. Namun rasanya tidak lega jika tidak melampiaskan amarah ini. Dari sana saya berinisiatif untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan berupa kritik yang dapat membangun kinerja SPBU lainnya di seluruh wilayah Indonesia. Dengan bantuan sosial media, termasuk kompasiana, saya bisa meng-upload tulisan saya dan dibaca semua pihak.
Kejadian seperti di atas tidak hanya terjadi pada siklus bulan itu saja, pada siklus PMS bulan-bulan berikutnya saya juga menyalurkan emosi saya dalam bentuk tulisan. Kini saya menyadari dengan menulis saya dapat meluapkan emosi dengan cara yang positif karena selain mendapat kelegaan hati karena telah melupakan emosi, saya juga dapat melatih kemampuan saya dalam menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Dengan demikian energi besar yang dikeluarkan oleh PMS dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif dan bermanfaat.
Semoga pengalaman saya dalam mengahadapi PMS dapat menginspirasi para Ladies dalam menghadapi asam manisnya PMS.
Baiklah Ladies, sekarang bukan zamannya lagi galau di masa PMS. Kini Saatnya kita berkarya dan memanfaatkan segala keadaaan dengan sebaik-baiknya.
Maka tersenyumlah ketika PMS datang melanda dan sambutlah dia dengan tangan terbuka. SEMANGAT!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H