Lihat ke Halaman Asli

Nikolas Mahardika

Hanya seorang murid

Putri yang Tertukar

Diperbarui: 19 November 2022   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu hari, tinggallah seorang gadis bernama Maula yang menjalani kehidupannya di sebuah perdesaan yang cukup dekat dengan sebuah istana. Disana, hiduplah seorang putri bernama Ishita. Meskipun Maula hanyalah rakyat biasa, orang-orang di perdesaan tersebut menyebut Maula sebagai putri istana karena sifatnya yang ramah dan suka menolong. 

Sedangkan untuk Ishita, ada rumor yang beredar di perdesaan bahwa dia adalah sosok yang sombong dan gila hormat.

Setiap hari, Maula selalu berjalan-jalan keliling desa untuk menolong mereka yang membutuhkan, seperti menurunkan kucing yang berada di atas pohon, membantu petani mencangkul tanah, membantu memberi makan hewan ternak, dan lain-lain. Sedangkan Ishita menjalani kesehariannya dimulai dari pembelajaran di kamarnya sendiri. 

Pelajaran yang diberikan pun beragam, mulai dari cara menjadi putri istana yang baik, bertutur kata yang santun, dan memasang muka yang ramah. Tetapi pelajaran seperti ini membuat dia merasa bosan dan pada suatu hari, dia memutuskan untuk melakukan kunjungan ke daerah perdesaan di kerajaannya.

Dalam kunjungannya, dia disambut baik di beberapa desa, seperti diberi buah-buahan, cinderamata, dan sebagainya. Sedangkan di desa lainnya, dia tidak mendapatkan perlakuan spesial dan dianggap sebagai rakyat biasa, walaupun cara berpakaiannya seperti putri kerajaan dan menaiki kereta kerajaan. 

Di desa yang selanjutnya dia menemui calon tunangannya karena ketampanannya, dan memberlakukan desa itu dengan baik. Tetapi ketika dia mengunjungi desanya Maula, dia tidak disambut dengan baik. Banyak tatapan sinis yang tertuju kepada dia, banyak juga yang saling berbisik tentang keburukannya.

Semakin lama, suasana disana semakin suram dengan dilemparnya buah-buahan yang busuk dan sampah-sampah lainnya kepada Ishita. Banyak di antara mereka membanding-bandingkan antara sifat Ishita dan Maula yang bertolak belakang. 

Mereka juga mulai mengolok-olok Ishita dari rumor yang beredar tanpa mengetahui kebenerannya walaupun mereka ada di hadapan Ishita. Semua ini membuat Ishita semakin kesal dan menunjukan sifat sombongnya itu, yang justru membuat rakyat semakin yakin tentang rumor yang beredar.

Alhasil, dia menjadi murka dengan perlakuan buruk di desa tersebut dan mulai memaksa orang-orang disana agar menghormati dia. Dia mulai mengerahkan prajurit yang ikut dengannya untuk menutup toko yang ada, mengobrak-abrik beberapa rumah, dan mencaci-maki masyarakat di sana.

“Kalian hanyalah rakyat kecil, seharusnya kalian menghormati aku sebagai ratu kalian di masa depan” Ucapnya. Tetapi, Maula membalasnya dengan kepolosannya. Dia bertanya “Bukankah kau harusnya tidak menjadi sombong agar mendapatkan kehormatan?”.

Ishita merasa tersinggung karena ini baru kali pertama dia disebut sebagai pribadi yang sombong. Dia pun membalas “Janganlah kau berkata seenaknya. Apakah kau mau aku memerintahkan prajuritku untuk merubuhkan desa ini?”. Maula bingung dengan responnya dan memutuskan untuk tidak melanjuti percakapannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline