Al-Qur'an adalah kalam Allah yang mulia. Ia menjadi petunjuk, obat untuk penyakit-penyakit hati, dan salah satu wujud kasih sayang Allah agar hamba-hamba-Nya tidak kehilangan arah dalam menjalani kehidupan.
Al-Qur'an juga mencintai para Shahib Al-Qur'an atau sahabat-sahabatnya. Rasulullah menjelaskan bahwa Al-Qur'an akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat (penolong) bagi sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda, "Bacalah Al-Qur'an, karena dia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi sahabat-sahabatnya" (HR. Muslim no. 804).
Berikut 3 cara menjadi sahabat Al-Qur'an:
1. Menghayati saat membaca Al-Qur'an
Orang yang "membaca Al-Qur'an" adalah sahabatnya. Namun, makna "iqra'" sesungguhnya bukan hanya membaca.
Secara harfiah, iqra' artinya mengumpulkan. Membaca Al-Qur'an hendaknya tidak berhenti pada mengucapkannya di lisan, tetapi mengumpulkan raga dan jiwa saat membaca Al-Qur'an.
Imam Muhammad At-Tabrizi menjelaskan bahwa makna membaca pada hadis di atas adalah "menikmati membaca Al-Qur'an dan merutinkannya". Menikmati hanya bisa dilakukan dengan hati. Dengan demikian, saat membaca Al-Qur'an, hendaklah hati ikut meresapinya sehingga terasa kenikmatan dalam membacanya.
2. Selalu dekat dengan Al-Qur'an dengan mengamalkannya
Al-Qur'an adalah kalam cinta dari Allah. Sebuah risalah cinta tidak seyogyanya dibaca dengan perasaan terbebani. Sebagaimana seorang yang menerima pesan dari kekasihnya, begitulah hendaknya perasaan kita ketika membaca Al-Qur'an, surat cinta dari Rabb yang sangat mencintai hamba-Nya.
Bersahabat berarti selalu dekat dan tak terpisahkan. Bersahabat dengan Al-Qur'an berarti selalu bersama Al-Qur'an dalam setiap aktivitas. Shahib Al-Qur'an berarti menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan dalam setiap aktivitas kehidupan.
Rasulullah adalah teladan terbaik dalam menjadikan Al-Qur'an sebagai sahabat. Seluruh kandungan Al-Qur'an tervisualisasikan dalam perilaku Rasulullah . Allah mendeklarasikan bahwa Rasulullah adalah orang yang paling tinggi akhlaknya dalam firman-Nya: