Barangkali suatu keberanian yang besar,jika SMK ikut bertranformasi menjadi pionir pemberdayaan masyarakat desa dengan mengadopsi kearifan lokal yang sangat strategis yang sudah dilakukan sekolah ini. Dalam kamus perdesaan,bagi sekolah ini Implementasi Ekonomi kreatif,tidak harus yang muluk muluk dengan program yang melangit,namun perlu diawali dari yang paling sederhana dan membumi.
Salah satunya yang dianggap mudah di tingkat desa yang sekaligus menjadi program pemberdayaan masyarakat mampu mengatasi pengangguran serta mendorong ekonomi dengan melalui program ekonomi kreatif dalam skala paling sederhana berupa Pelatihan Sablon di desa.
Bagaimanapun teknologi sablon hakikatnya masih menjadi ruh produk kemasan ,fashion dll. Sehingga menjadi penting untuk dikuasi oleh para penggerak ekonomi desa. Maka upaya paling strategis jika pemuda desa mampu menjadi pelaku utama penguasaan teknologi ini. Seperti yang presiden harapkan agar uang di pedesaan bisa tetap berputar ekonomis dan mensejahterakan lewat dana desa ini.
Seperti yang telah dilakukan oleh SMK Manusa (Ma'arif NU 1 Ajibarang ) tanggal 26 s/d 30 November 2018 yang dilakukan di SMK Ma'arif NU 1 Ajibarang.Pelaksanaan pelatihan sablon ini bekerjasama dengan Pemdes Karangbawang yang diikuti oleh pemuda desa Karangbawang dan didanai oleh APBDes .
Dalam 10 langkah revilatisasi SMK disebutkan SMK sebagai penggerak ekonomi lokal , seperti yang tercantum dalam buku Revitalisasi SMK .Sehingga sinkronisasi , konsistensi Revitalisasi SMK dalam program kemendes mememerlukan kekreativitasan. Bagaimana agar peran SMK seperti yang diinginkan presiden bisa terlaksana? Ini sebuah PR besar.
Bagi sekolah ini,mencoba melakukan cara yang sederhana yang mudah diterima masyarakat desa di sekitarnya seperti yang sudah berjalan ini. Pelatihan ini dibuka oleh Camat Ajibarang yang dihadiri oleh Kepala Desa Karangbawang,Kepala Sekolah SMK Manusa yang diwakili WKS Humas Akhamad Subkhi,S.Kom sera WKS WMM,Agus Suroso,S.E ,S.Kom ,MT serta Ka Unit Litbang YPP ,M.Agung,B,S.E .
Sebuah tantatangan besar jika meyelenggarakan pelatihan sablon dalam waktu singkat bagi peserta yang belum berpengalaman sebelumnya. Maka bagaimana mengkemas pelatihan sablon ini menarik untuk diikuti dan mampu mencapai target bukan hal yang mudah . Namun berkat kegigihan peserta dalam mengikuti akhirnya pelaksanaan ini berjalan tuntas yang diikuti 8 orang . Dengan pencapaian target setiap peserta mampu mengerjakan afdruk ke screeen serta menyablon pada media kain,kertas serta plastik kemasan.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini,diharapkan akan mampu terwadahi potensi ketrampilan sablon dari pelatihan ini dan bersinergi dengan BUMDes setempat dan bersinergi menjadi ekonomi bisnis perdesaan yang nyata.
Dari beberapa kesan peserta menyatakan pelatihan ini,sangat bermanfaat bagi masyarakat,bahkan mengharapkan agar kegiatan ini bisa terus berjalan berkelanjutan.
Seiring majunya pola pikir masyarakat,sekolah eklusif laksana menara gading akan semakin dilupakan masyarakat. Karena masyarakat sedang menuntut peran yang nyata bagi kemajuan daerahnya, agar sekolah bersikap inklusif menjadi menara air.Konsep ini ,telah menginspirasi banyak perubahan yang dinamis.Diantaranya menjadikan sekolah sebagai sumber ilmu bagi pencerdasan masyarakat sekitarnya.Banyak segi positif yang diperoleh dengan era baru ini.