Kita berharap agar agenda rutin pesta demokrasi ke depan akan menemukan Formula Suksesi ,Pilpres, Pilkada Yang Enjoyble agar tidak membuat kedodoran menyikapinya.
Ibarat sinetron,pentas sosial kerukunan bangsa ini seperti tidak ada habisnya menemukan ujian. Diantara potensial problem yang masuk dalam sketsa peta politik ke depan yang masih menjadi trending topik di masyarakat ialah fenomena orang gila dan serangan ke rumah ibadah. Aneka kasus sejenis ini telah nyata menguras perhatian warga bangsa dan kembali menguras energi untuk dicarikan solusinya.
Statmen mudah kata solusi ini,ternyata sungguh membutuhkan energi besar untuk merealisasikannya. Bagaimanapun hal ini memang sangat mengandung resiko yang tidak kecil ,jika salah mensikapi jusrtu berakibat fatal. Inilah yang menjadi kendala para inisiator kerukunan bangsa.
Apalagi kita justru terkurung dalam stigma yang berlaku,kalau fenomena ini dianggap lumrah mengingat sudah mendekati suksesi dan musim politik yang sudah menggelora . Namun pertanyaannya ,apakah betul ambisi politik dalam setiap suksesi akan selalu bersenyawa dengan pengorbanan dan penderitaan rakyat kecil?
Mampukah komponen bangsa ini mencegah ,agar retorika politik demokrasi tidak berefek negatif pada sendi kehidupan bangsa,tidak membuat instabilitas politik ,tidak membebani perhatian rakyat kecil selama ini?
Mampukah setiap susksesi pilkada ,pilpres yang merupakan agenda demokrasi ini yang bertujuan menciptakan kemajuan bangsa ini tetap sejuk,enjoeyble di hati rakyat?
Berangkat dari pertanyaan inilah,rasanya kita perlu menciptakan momen agar kekuatan bangsa ini mampu bertahan lebih kuat dibanding godaan politik yang selalu akan memanggil siapapun untuk berlaga dalam arena suksesi demokrasi bangsa.
Bagaimana agar menempatkan demokrasi ini menjadi nyaman di hati rakyat dan terbebaskan dari ancaman bahaya konflik sosial? Lalu sejauh manakah kita bisa menghindari ancaman bahaya konflik sosial yang kerap menunggangi demokrasi.
Sebut saja kasus penyerangan rumah ibadah dan serangan ke tokoh agama yang akhir akhir ini menyuarak ,apakah ini terbebas dari agenda politik ? kita tidak bisa menerima apa adanya begitu saja , tapi apa yang mesti kita perbuat ? ternyata juga belum ada gaungnya, ini persoalannya, seperti status kuo, hanya membiarkan saja itu berlaku ,meskipun delik hukum sudah mulai mencari solusinya.
Budaya pembiaran seperti inilah yang mestinya kita hindari,kita harus dinamis,lebih aktif bahkan lebih agresif antisipasi agar tidak berkepanjangan ,memperkeruh kehidupan kerukuran di masyarakat.
Berikut konsep sederhana Menghindari Konflik Sosial