Bicaralah dengan Bunga
SECARA logika tidak mungkin bunga bisa mendengar perkataan manusia. Namun bagi penggemar bunga, kalimat 'bicaralah dengan bunga' itu sah-sah saja.Bahkan diyakini kalau bunga tidak saja bisa mendengar pembicaraan manusia namun juga bisa memberikan kesejukan, inspirasi hingga pengobat kejenuhan dan sakit. Sebagaimana yang dipercaya oleh Katharina Waru SenaaliasIn, pemilik Keyrose Garden (KG) pada POS-KUPANG.COM .
Ketika bunga naik menjadi simbol cinta,Begitu tingginya makna keindahan bunga,maka produk karangan bunga pun mampu menjadi media komunikasi politik .seperti yang dilakukan oleh pendudukung Ahok , Setelah dipastikan kalah dalam quick count Pilgub DKI Jakarta, pasangan Ahok-Djarot mendapatkan kiriman ribuan karangan bunga. Sayangnya, pengirim karangan bunga tersebut tidak ada yang menggunakan nama asli dan terkesan seperti sebuah lelucon.
Berdasarkan pantauan, ribuan karangan bunga tersebut, kali pertama datang pada, Senin 24 April 2017 lalu di Balai Kota DKI Jakarta. Hingga saat ini, karangan bunga terus berdatangan dan mencapai 1.000 buah.
Berbagai bentuk yang diterima, dari mulai bentuk papan, buket hingga standing flower. Mayoritas pengirim bunga menggunakan nama anonim, misalnya saja ‘dari kami yang belum bisa move on’; ‘Super Moms Bintaro’; ‘Grup Beties’; ‘grup Sos’ ; ‘Oneng Grup’; ‘Ibu-Ibu Cantik DKI’; Pengagum Badja dan sebagainya.
Ketika Bungan menjadi symbol politik,sakingbegitu banyaknya ,kiriman karangan bunga ini sampai M.U.R.I dituntut untuk mengakui fenomena keanehan ini,namun rupanya agak gamang mensikapinya sehingga Bang M.U.R.I - pun sempat mendapat kritik yang dinilai tidak mendukung . Belakangan aksi kaum buruh dalam peringatan hari buruh 1 Mei kemarin, juga menjadikan bunga menjadi sasaran pelampiasannya,hingga berakibat aksi bakar karangan bunga ini tidak terelakan. Sungguh aneh, apa salah bunga pada mereka , begitulah apa yang terucap Jarot mantan Wakil Gubernur DKI yang menjadi pasangan Ahok pada pilkada DKI kemarin.
Selain membakar, salah satu dari mereka juga membuat ultimatum kepada Balai Kota DKI Jakarta."Sampah-sampah ini harus segera dibersihkan. Bukan dibiarkan berhari-hari. Mana satpol PP? Kenapa tidak dibersihkan?" teriak orator.
"Kalau 3 hari balai kota belum bersih dari bunga-bunganya, kita akan datang untuk bersihkan. Siap untuk bersihkan balai kota." Tribun medan (1/5/2017)
Kini karangan bunga bunga itu punya makna lebih,bukan lagi sekedar ucapan cinta,ekspresi namun telah naik peran menjadi corong aspirasi yang santun,dan harum semestinya bunga pada umumnya. Pintarnya para Ahoker ,tuntutan yang bernada dukungan buat Hakim kelak bukan lagi dalam sajian demo yang melelahkan,menjenuhkan dan menyeramkan namun dibuktikan dengan bahasa keindahan laksana bunga yang bicara. Meskipun ini juga ujung ujungnya tuntutan juga, namun hanya beda kelasnya.
Menurut kompas ,kali ini, karangan bunga tidak lagi hanya memuat ucapan terima kasih kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Melainkan juga permintaan kepada hakim agar Basuki atau Ahok dituntut bebas.
"Bebaskan Ahok Pak Hakim. Tegakan Keadilan". Itu merupakan isi salah satu karangan bunga dari Ex SD Palmerah 2 Pagi 72.