Banyak hal yang menjadi kejanggalan kenapa kudeta di Turki gagal,hingga begitu santernya pertanyaan yang mengarah apa sejatinya yang terjadi pada politik dalam negeri Turki ini? hingga ada temuan yang mengarah bahwa kudeta ini sebenarnya setingan Erdogan saja supaya mendapatkan legitimasi dari rakyat supaya menaikan rating bahwa pemerintahannya perlu didukung rakyat dengan melakukan rekayasa sedemikian rupa.
Jika ini yang berlaku memang menjadi pandangan umum,dan sangat wajar bagi para penguasa yang kurang mendapat legitimasi rakyatnya. Teori “Cengeng isme “ rasanya tidak jauh dari itu. Fenomena penguasa rezim yang berkesan menghiba –iba agar minta dikasihani oleh rakyat dengan aksi melankonis adalah bukan hal yang tabu dan baru dalam demokrasi.
Disisilain bisa jadi justru peristiwa kudeta gagal di Turki ini memang asli adanya dan sungguh- sungguh terjadi sangat original dan justru yang melakukan ini adalah kekuatan yang maka besar,yang maha cerdas ,sangat memahami baik kekuatan rezim yakni masih dicintai hampir separoh rakyatnya selain itu timingnya melakukan kudeta ini dikatakan kurang mendukung karena kondisi ekonomi Turki secara realistis justru sedang baik baiknya selama kurun diperintah oleh Erdogan.Selain itu pada tataran masyrakat yang sudah mulai maju dan makmur inilah sudah mulai ada keengganan untuk bersikap kontra produktif meskipun sebetulnya berlawanan politiknya.
Maksudnya demokrasi bukanlah harus dengan anarkhis,rupanya paham ini sudah merasuk pada sebagian generasi turki yang baru. Sehingga meskipun beda pandangan politik dengan rejim pemerintahnya kini tak lagi menjadi ancaman. Bahkan suasana kondisi nyaman ini sudah melupakan segala konflik perbedaan yang ada faktanya para pengikut parta lain yang bukan partai penguasa tidak mau lagi agresif dan kontraproduktif secara konvensional seperti masa lalu ,karena yang lebih penting adalah kondisi ekonomi dan kemakmuran yang sudah mulai dirasakan.
Sehingga kudeta miliiter konvensional tidak akan didukung oleh tataran masyarakat yang sudah makmur ini.Ditambah menguatnya pengaruh budaya lokal budaya lokal setempat yang lebih menyukai sentimental ,melawan tanpa kekerasan ala sufi dalam menyikapi irama politik yang ada. Inilah suatu konsep kudeta yang bisa disebut ,slowdown pelan tapi pasti ,layaknya kudeta halus,setengah hati . sehingga menurut pandangan kedua ini kudeta yang kemarin terjadi tentu bukan setingan dan juga bukan kudeta sebenarnya menurut teori klasik.
Namun justru kudeta ini hanyalah merupakan sebagian tahapan saja dari rangkaian rencana kudeta sebenarnya yang lebih dari itu. Bisa jadi kudeta yang kemarin terjadi hanyalah merupakan testcase hanya untuk stimulan saja sebagai pancingan reaksi untuk menjebak reaksi rezim. Ibarat ,aksi film Rambo di Vitnam sering kita saksikan upaya stimulan hanyalah untuk memancing reaksi lawan ,jika lawan dapat mengikuti pola permaian kita berarti musuh sudah dalam agenda kita ,maka barulah kita menggunakan kekuatan semaksimal mungkin.
Ada hal yang menjadi sangat menarik disini, bahwa budaya di Turki,kini yang dinilai lebih halus sehingga cara melawannya juga dengan strategi halus bahkan very soft sangat layak jika hal ini dikendalikan oleh kekuatan inteljen yang tangguh yang sangat mengetahui strategi perang sipil model gerilya ala Rambo. Jika ini dihubungkan dengan budaya sufi yang tidak akan melakukan kekerasan untuk melawan namun akan melakukan untuk membela kebenaran,konsep ini rasanya agak masuk dengan kondisi lokal sekarang. Jadi kini pertanyaannya siapakah yang pegang kendali sebetulnya dari peristiwa ini?
Sebuah tangan tak kentara invisible hand sedang menguasai Turki, siapakah yang sedang bermain itu? Dan biasanya dalang hanya cukup bermain dibelakang layar. Kita simak, begitu gong sudah bertalu dan goro-goro sudah berkecamuk sekarang berarti sudah dalam setingan kendali sutradara besar yang punya hajat sebenarnya. Sehingga dengan segala peristiwa antipati dan penumpasan pelaku aksi kudeta stimulan ini yang dilakukan oleh rezim Erdogan yang makin kejam dan beringas justru hanya akan menjadi alasan sebagai dasar perlu dilakukannya langkah perlawanan rakyat.
Simak, apa urgensinya jika pendiikan di Indonesia yang konon dibiayai Gulen rival politiknya minta kepada pemerintah Indonesia supaya ditutup? Bukankah ini sudah melampaui batas apa lagi konon rumah Gulen yang di Turki akan dijadikan WC umum,bukankah ini hanya akan menamkan kebencian rakyat yang baru bahkan justru tindakannya akan menjadi bumerang dan menciptakan bom waktu yang semakin panas dan sebentar lagi akan meledak.Bagaimanapun jika perasaan rakyat jika digosok gosok terus akan cepat panas,menciptakan bara api dalam sekam.
Sehingga upaya mencari momen ini telah tercipta,dan rakyat sudah tahu sendiri mana yang kini benar benar perlu dibela. Jika kebangkitan perlawanan rakyat ini sudah tercipta dimana kebencian rakyat sudah makin memuncak maka jaman kekemasan,ketika,majunya ekonomi Turki berkat Erdogan ini akan mudah dilupakan,dan yang ada hanyalah kebencian kepada penguasa yang semena mena....dan buktinya ialah tindakan tindakan kontra produktif yang dilakukan sekarang ini....
Maka sekedar memberi saran jika tulisan ini layak didengar,,sebaiknya Erdogan segera menghentikan upaya kontra produktif yang selama ini dilakukan,dan segeralah mengakomodir semua yang menjadi potensi konflik. Kita beruntung dalam segi demokrasi masa kritis ini sudah terlewati. Jika indonesia merupakan teman dekatnya mestinya tak salah jika berbagi,berilah solusi misalnya jika mungkin malah solusinya mengajak duduk bersama dalam satu pemerintahan bukan dengan kontra produktif seperti ini,masih banyak jalan menuju roma jika memang ingin kekuasaan Erdogan selamat,tanpa harus beraksi seperti ini.