Gerakan mengantarkan anak pertama ke sekolah bukan sekedar kegiatan biasa namun extra ordinary karena bisa dianggap sakral,dibalik ini ada suatu tujuan yang hakiki berupa jalinan kerja sama harmonis antara guru dan orang tua sebagai wali murid karena soliditas kerjasama ini akan menjamin kesuksesan penyelenggaraan pendidikan di sekolah kelak.Sehingga hubungan interaksi antara guru di sekolah dan orang tua murid dengan bukti jalinan Komunikas aktif, serta Koordinasi merupakan hakekat dari kegiatan mengantar anak di hari pertama sekolah.
Pada hakekatnya proses pendidikan anak sesungguhnya merupakan kolaborasi antara guru dan orang tua siswa di rumah. Namun demikian proses kolaborasi hanya akan terjadi jika ada komunikasi antara guru dan orang tua siswa menurut,mendikbud hari pertama masuk sekolah merupakan sarana untuk terjadinya berkomunikasi antara guru dan orangtua siswa. Dengan datangnya orangtua ke sekolah berarti akan memiliki kesempatan untuk mengemukakan hal hal khusus yang dibutuhkan oleh anak dari se orang gurunya. Sehingga ada komunikasi aktif.
Sementara dari sekolah juga akan dimanfaatkan karena bagaimanapun guru juga berkesempatan untuk menguraikan tentang program dan rencana yang akan dilakukan oleh sekolah.begitu pentingnya komunikasi ini mendikbud berharap sebaiknya orangtua dan guru bisa saling bertukar nomor hp untuk berkomunikasi dan bekerjasama.Inilah makna urgensinya kunjungan orang tua ke sekolah dalam rangka mengantarkan anaknya pertama ke sekolah,dengan langkah ini sebagai stimulan orang tua mengenal dunia sekolah .
Tak kenal maka tak sayang,bagaimana akan bisa tahu kenakalan anaknya di sekolah kalau selama ini orang tuanya tidak pernah datang ke sekolahnya,tidak pernah kenal gurunya, tidak kenal lingkungan sekolahnya,kawan kawannya yang dia tahu jika dirumah selalu pendiam. Maka gerakan mengantarkan anak pertama ke sekolah setidaknya menjadi stimulan pembuka untuk mengawali terjadinya kerjasama tripatrid orang tua ,guru,sekolah tercipta. Dengan demikian akan menjamin harmonisasi komunikasi dan kerjasama yang melahirkan proses pendidikan yang sehat,ideal seperti yang dicita citakan.
Suatu kejanggalan yang sering terjadi ,banyak kasus kenakalan siswa sekolah yang dilaporkan oleh pihak sekolah kepada orang tua murid dirasakan sebagai informasi yang mengagetkan. Sungguh ironis,sering kenalakalan siswa terjadi di sekolah dilakukan oleh anak anak yang dianggap manis jika dalam lingkungan rumah.Sementara orang tua tidak pernah memonitor aktivitas si anak ketika di sekolah.Maka kontra diksi yang sering dilakukan oleh anak yang tidak terpantau oleh orang tuannya inilah yang dianggap oleh anak sebagai kebebasan tanpa batas.
Maka tidak heran jika kita sering mendengar,kontra diksi yang terjadi jika menurut catatan sekolah seorang siswa telah mendapat predikat buruk misalnya membolos,merokok tidak masuk ke sekolah tapi justru pergi ke warnet dll. seperti yang dilaporkan pihak sekolah.Namun pada saat dilakukan pengecekan ke rumah siswa melalui program home visit,seorang orang tua wali murid akan merasa terkejut tidak percaya jika anaknya berbuat demikian karena diakui setiap hari,ijin berangkat ke sekolah dan di rumah juga terkesan penurut namun sebetulnya ia membolos,ini suatu kenyataan yang pahit.
Kisah yang bisa memperkuat betapa pentingnya komunikasi antara orang tua dan guru di sekolah kisah ini memang luput dalam liputan media karena begitu rapinya ditutup rapat. Intinya suatu ketika ada seorang wali murid telepon menghubungi guru wali kelas di sekolahnya yang menanyakan apakah di sekolahnya sedang ada kegiatan persami sehingga anaknya sampai dua hari akan menginap di sekolah. Mendengar informasi ini sang wali kelas langsung memberikan klarifikasi kalau disekolah tidak ada kegiatan persami seperti yang dikatakan anaknya. Bahkan sang wali kelas telah menganggap siswa yang tidak masuk tersebut adalah membolos karena tidak ada informasi apapun dari orang tuanya.
Setelah mendengar kepastian ini maka orang tua wali muriid langsung melapor ke polisi setempat yang menyatakan bahwa anaknya dinyatakan hilang. Betapa susahnya orang tua murid ketika harus mencari kemana keberadaan si anak yang mengilang dua hari lamanya ini.Untungnya hari ketiga sejak kepergiannya ia kembali ke rumah ,betapa gembiranya orang tua setelah menemukan kembali anaknya yang telah menghilang itu namun ia menjadi percaya bahwa betapa pentingnya koordinasi yang baik dengan pihak sekolah,dengan berkonfirmasi aktif kepada sekolah sehingga akan mudak melakukan pengawasan kepada anak.Seandainya orang tua itu telah melakukan konfirmasi sebelum melepas kepergian anaknya tentu tidak akan mengijinkan anaknya pergi menginap .Bobolnya tembok pengawasan orang tua kepada anak ini sering dianggap peluang kebebasan oleh seorang anak. Justru kenakalan yang tidak termonitor orang tuanya inilah yang paling ber bahaya.
Banyak orang tua salah persepsi bahwa keberangkatan anak ke sekolah berarti pindahnya tanggung jawab pengawasan orang tua yang berpindah ke guru. Sehingga dianggap pihak sekolah mampu menanggulangi setiap kenakalan di sekolah.Bahkan sering bersikap masa bodoh dengan masa depan pendidikan anaknya di sekolah karena begitu percayanya kepada pihak sekolah tanpa ikut andil mengawasi anaknya.Sementara seorang anak sering menyalahgunakan kepercayaannya ini untuk berbuat kesalahan namun tidak termonitor orang tuanya.
Ada hal yang sering dilupakan bahwa pendidikan disekolah,hakikatnya lebih bersifat pencerdasan,namun pembentukan watak seorang anak didik yang paling dominan sebenarnya justru dicetak oleh pendidikan rumah dan lingkungan sekitar sebagai habitat dasarnya. Sehingga jika kita menginginkan tercapainya kondisi yang sehat,maka selayaknya kerjasama ini harus diciptakan diawali dengan anjangsana berupa mengantrakan pertama siswa pertama ke sekolah.
Semoga langkah komunikasi tidak terkenadala oleh alasan klasik berupa kesibukan kerja dll. Karena tidak akan bisa ditolelir lagi jika sekedar komunikasi SMS lewat HP tidak bisa dilakukan,karena yang penting ada komunikasi,koordinasi dan jika memungkinkan untuk masa depan seorang wali murid bisa memonitor aktifitas anaknya dengan hanya melihat tayangan video dari camera cctv yang dipasang sekolah.Ataupun video call yang bisa dilakukan selama ini,atau paling murah jika memanfaatkan skype untuk berkomunikasi dengan monitor bergambar. Sehingga hari gini berkat teknologi komunikasi tidak lagi menjadi hal yang sulit untuk dilakukan.