Lihat ke Halaman Asli

Mohamad AB

Karyawan

Akom, Seladi ,Polisi Tidur dan Rekening Gendut

Diperbarui: 24 Mei 2016   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang pencerah itu bernama Seladi ,iapun bangga dengan kondisi kesederhanaanya, menjadi seorang polisi sekaligus sebagai pemulung  rongsok.Sebuah kontradiksi kehidupan,  tapi itulah Seladi. “Sela- selane dadi” sebuah pembelaan diri yang menjadi prinsip hidupnya ,maksudnya  untuk mengisi waktu luang/sela  apapun jadi yang penting halal biarpun jadi polisi  nyambi  menjadi pemulung sampah tukang rongsok diluar jam dinas tidak menjadi soal.

Kisah kejujurannya telah menyentuh perasaan  para elit untuk menyikapinya. Tidak mengherankan jika  mendapat penghargaan dari KPK bahkan yang terbaru ,berkat kejujurannya Ia telah mencuri perhatian Akom  pimpinan  DPRRI. Seladi pun diganjar penghargaan Polisi Teladan oleh pimpinan DPR.

Ada apa dengan  penduduk  bumi yang satu ini , kalau sekedar kejujuran kenapa sampai menjadi liputan heboh di  media  ?”. Apa istimewanya, kalau memang kejujuran adalah hal biasa, fitrahnya manusia. Mungkinkah kejujuran laksana menguap kembali ke langit ,menjadi langka di bumi.Miris,kini kejujuran justeru menjadi menjadi tontonan  bukan lagi tuntunan

Akom  pimpinan DPR,mengatakan yang dilakukan Seladi memberikan contoh teladan kepada masyarakat. "Padahal bisa saja beliau dapat penghasilan tambahan dengan menerima suap terkait dengan pekerjaannya membantu masyarakat yang ingin pembuatan surat izin mengemudi lebih cepat," katanya  Potret Seladi secara tak langsung menggambarkan masih kurangnya kesejahteraan anggota Polri saat ini.

Ada hal menarik,yang perlu kita garis bawahi "Bripka Seladi punya pilihan, beliau bisa saja menerima suap dari SIM. Dan katanya, banyak juga yang datang ke rumah untuk mengeluarkan SIM," papar Akom.

Selain itu ,statmen yang  cukup  tegas  yang mengemukakan bahwa "Cuma ada 2 polisi yang jujur adalah polisi Hoegeng dan polisi tidur. Namun hari ini ada tambah 1 dan nanti akan banyak yang lain," tukas Akom. (Seputar 6, 23/5/2016).Dia berharap sikap teladan, kesederhanaan, dan kejujuran Bripka Seladi dapat mengajarkan polisi-polisi lain termasuk para anggota dewan.

Sepintas peryataan,adalah biasa sebagai bentuk apresiasi penghargaan kepada seorang yang telah berdedikasi mulia bekerja profesional di bidangnya dengan jujur. Namun disisi lain,justru kita terkaget,kalau soal  kejujuran bekerja menjadi point penilaian penghargaan yang Arkom lakukan kepada Brigade Kepala Seladi ini.Bukankah ini kode etik.yang  menjadi tuntutan korp ,sehingga bukan sesuatu yang isistimewa. Sehingga bagi Seladi tentu tidak menjadi motivasi untuk mendapatkan penghargaan semacam ini,ini sangat ekstra ordinary.

Di satu sisi kita bahagia mendapatkan personal polisi yang jujur berdedikasi namun di sisi lain,kita sedang ditunjukkan bahwa kini sedang terjadi krisis kejujuran di negeri ini,sebuah paradoks yang  kita saksikan. Ungkapan  hanya ada 2 polisi jujur ,Hoegeng dan polisi tidur,kini ditambah Seladi. Dinilai sangat bermuatan politis. Bukankah ini sebuah cibiran yang menusuk,apalagi bagi polisi lain yang  menurut,Kapolri dan Meta  S Pane  masih banyak polisi  jujur yang lain di daerah namun tidak mendapat perhatian kesatuannya.masih ada yang   menyambi menjadi guru,pengojek dll. Yang  luput dari pemberitaan media. Lebih dari itu, penilaian sepihak ini terkesan gegabah, karena memberikan konotasi dan penggiringan opini  yang membenarkan  bahwa  semua polisi selain tiga polisi yang disebutkan ini  berarti  tidak jujur.

Jika ucapan ini bisa dijadikan pegangan, sungguh sangat memprihatinkan,karena  praktek ketidak jujuran yang selama ini dilakukan oleh oknum polisi untuk memperkaya diri berkesan sudah dilegalisasi  setidaknya dimaklumi oleh Akom ,pimpinan  DPR ini.

Apakah ini yang menjadi  alasan ,keanapa korupsi susah diberantas? Pernyataan ini seperti  sedang menggiring opini ,bawa  tidak perlu heran jika ada polisi memiliki rekening gendut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline