Lihat ke Halaman Asli

Maghfira Annur Kamila

Mahasiswi Komunikasi

Farmer House Sukabumi Mengajak Warga Bercocok Tanam di Lahan Sempit

Diperbarui: 16 Mei 2019   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Siswa/i PKBM Pemuda Pelopor sedang belajar Hidroponik/Foto: dokumentasi pribadi

KOTA SUKABUMI. 14 Mei 2019. Keterbatasan  lahan perkotaan akibat alih fungsi pembangunan daerah perkotaan membuat para petani kehilangan lahan untuk bercocok tanam. Namun, Sempitnya lahan bukan merupakan penghalang untuk bercocok tanam. 

Dewasa ini sedang tren yang namanya hidroponik. Hidroponik adalah metode bercocok tanam  tanpa menggunakan media tanah, sehingga metode ini dapat menjadi solusi bercocok tanam di lahan yang sempit. Salah satu pelopor tanaman hidroponik di Kota Sukabumi adalah Endud Badrudin (40) dengan mendirikan Farmer House Hidroponik pada tahun 2013 yang terletak di Gang Oyo, Kecamatan Cikole, kota Sukabumi. Berawal dari hobi, sarjana hukum tersebut mampu  mensulap pekarangan rumahnya menjadi lahan pertanian.

Bermodalkan lahan seluas 15 meter, kini Farmer House sukabumi sudah memiliki green house seluas 60 meter. Sementara itu, Sistem pengairan tanaman hidroponik menggunakan pipa paralon untuk mengairi air ke rockwoll atau busa yang sudah dicampuri nutrisi yaitu cairan ABmix. Adapun jenis tanaman yang di tanaman di Farmer House Sukabumi mulai dari sayuran seperti pakcoi, selada merah, kangkung, paprika, kale, dan cabai. 

Sementara itu tanaman hias berkhasiat  seperti jawer kotok dan daun mint juga mampu dibudidayakan disini. Hasil panen Farmer house ini  bisa mencapai 50-80 kg  sayuran tiap bulannya, hasil panen tersebut biasanya  dijual  ditempat atau dijual kepada  restaurant dan pusat pembelanjaan yang ada dikota Sukabumi. Hingga kini Farmer House Hidroponik sudah memiliki omzet sekitar 80 jt setiap bulannya.

Farmer House sukabumi juga meyelanggarakan pelatihan hidroponik secara gratis bagi yang ingin mempelajari secara mendalam tentang metode tanaman  hidroponik ini. Hingga saat ini sudah ada beberapa petani konvensional yang datang ke sini dan beralih menjadi petani hidroponik. Endud dan sang istri Rita sudah menjalin kemitraan salah satunya dengan dinas Ketahanan Pangan Kota Sukabumi yaitu dengan menjadi tenaga peyuluh pertanian.

Bercocok tanam dengan metode hiroponik ini terbilang cukup mudah, pemula hanya perlu memanfaatkan media selain tanah seperti rockwoll, hydrotone, gel, Kapas, cocopit, bahkan pecahan genting sekalipun.

Proses penanamannya sendiri dimulai dari membasahi media dengan air, kemudian masuk kepada peroses penyemaian dengan memasukan benih pada media yang telah dibasahi air sesuai dengan keperluan. Setelah itu, benih tadi didiamkan dibawah sinar matahari  selama 14 hari. Setelah itu, pindahkan benih tadi ke pot apung. Ketika tanaman berumur kurang lebih 25-35 hari, maka tanaman sudah siap untuk dipanen.

Prospek tanaman hidroponik sendiri sangat menjajikan apabila dijadikan sebuah bisnis. Hal tersebut dikarenakan tanaman hidroponik lebih higienis mengingat tidak menggunakan bahan kimia sehingga mulai dirilik oleh banyak orang. Selain itu,  tanaman ini juga tidak terpengaruh oleh musim hujan, selain itu penggunaan air yang di butuhkan dalam hiroponik ini tidak sebanyak air yang dibutuhkan pada lahan konvensional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline