Lihat ke Halaman Asli

Adidaya Kedelai, Utopis?

Diperbarui: 8 September 2017   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Maftuhi Firdaus

Email : Firdausmaftuhi@gmail.com

12 Februari 2017

Masyarakat Indonesia tentu sangat familiar dengan makanan berjenis tempe, tahu, dan pangan lainnya yang berbahan dasar kacang kedelai. Sebegitu familiarnya masyarakat Indonesia dengan produk olahan kedelai, sehingga menempatkan konsumsi tempe serta tahu pada makanan favorit masyarakat. 

Kedelai merupakan tanaman yang cocok tumbuh dan berkembang pada kawasan yang beriklim tropis. Tidak terkecuali Indonesia yang mendapatkan sinar matahari setahun penuh. Dengan melihat kondisi dimana kedelai menjadi salah satu komoditas yang penting di Indonesia, pertanian kedelai merupakan salah satu jawaban atas banyaknya konsumsi kedelai di Indonesia.

Dengan tinggi nya tingkat permintaan kedelai, sudah barang tentu petani kedelai memiliki tugas atas pemenuhan permintaan pasar akan kedelai. Namun hal ini bukanlah sesuatu yang mudah bagi Indonesia, dimana persaingan pasar akan kedelai begitu menrik diantara Negara Negara penghasil kedelai dianaranya America serta brazil. Dengan rata rata kepemilikan lahan pertanian oleh petani di Brazil lebih dari 1 ha, berbnding terbalik dengan Indonesia rata rata kepemilikan lahan hanya berbatas 0,3 ha pada setiap petani kedelai. 

Sulitnya petani mengkses lahan pertanian menjadi salah satu kendala, luas lahan kehutanan yang layak dijadikan lahan pertanian sebanyak 1,6 juta ha belum bisa disentuh atau diakses oleh petani. Dikarenakan rumitnya perizinan serta persainga dengan petani berkapital besar.

Saat ini produksi kedelai petani lokal sebesar 963.183 ton, dengan luas area pertanian kedelai 614.095 ha. Angka tersebut menyuut bila dibandingkan dengan tahun 2015, luas area pertanian kedelai mencapai 615.685 ha. Terjadi penurunan jumlah areal pertanian sebesar 1.000 ha. Ini merupakan konsukuensi logis bagi Indonesia yang menempatkan industri sebagai penopang ekonomi bangsa ketimbang sektor pertanian. Dengan angka produksi 963.183 ton, maka Indonesia harus mencukupi kekurangan konsumsi dalam negri dengan jalan impor. 

Jumlah impor pada tahun lalu menginjak angka 1.525.000 ton kedelai, karena angka konsumsi dalam negeri mencapai 2.500.000 ton setiap tahunnya. Ini bukan angka yang mengejutkan, karena angka ini acap kali muncul setiap tahunnya. Karena produksi lokal belum bsa mencukupi, maka impor menjadi solusi rutin tahunan.

Tanaman kedelai merupakan tanaman yang tumbuh pada wilayah tropis, dimana Indonesia merupakan salah satu Negara yang beriklim tropis dengan curah matahari setahun penuh. Dengan arti kata pertanian kedelai ini hanya perlu “memanen matahari” sebagai salah satu modal utama, maka Indonesia merupakan Negara yang tepat untuk tanaman ini. 

Akan tetapi pada kenyataannya Indonesia kalah dalam jumlah produksi oleh Negara Brazil yang sama sama beriklim tropis. Keuntungan mendapatkan curahan matahari ternyata tidak menjadikan Indonesia unggul dalam jumlah produksi dengan Negara lain. Keunggulan komparatif sudah seharusnya dikonversi menjadi keunggulan kompetitif bagi Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline