Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Dunia Di Ambang Krisis Ekonomi Akibat Perang Rusia - Ukraina?

Diperbarui: 2 April 2023   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perang terbesar di tanah Eropa sejak 1945 disebabkan oleh agresi Rusia terhadap Ukraina, yang telah meningkat oleh presiden Rusia. Ancaman perang nuklir terbesar saat ini lebih tinggi daripada antara Kuba dan Amerika, yang merupakan dilema saat ini.

Konflik antara Rusia dan Ukraina telah meningkatkan kebutuhan pangan dan energi di tanah Eropa. Di banyak negara, serangan krisis ekonomi mengakibatkan inflasi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, kesulitan ekonomi telah muncul di era modern ini. Perang kini telah merusak perdamaian dan stabilitas ekonomi global yang harus dijaga.

Selain itu, sistem perdagangan energi global berubah dan biaya bahan baku melonjak tajam. Perang ini menyebabkan  negara yang memasok makanan menaikkan harga produk dan energi. Akibatnya, kelangkaan pangan menjadi ancaman dan berpotensi memperburuk kelaparan dunia. Kini, perang berdampak pada beberapa negara di seluruh dunia, termasuk kenaikan harga pangan dan pupuk.

Perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina saat ini telah berdampak pada ekonomi, dimulai dari ekspor dan ketahanan pangan. Serangan Rusia ke Ukraina yang berefek domino bahkan menjadi sorotan saat pertemuan para menteri keuangan G20 di Bali. Menurut kajian tengah tahun Institute for Development of Economics and Finance (Indef), konflik Rusia vs Ukraina telah memperlambat perkembangan ekonomi global. 

Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 4,1 persen menjadi hanya 2,9 persen. Menurut Indef, invasi Rusia ke Ukraina mengakibatkan pembatasan akses ke gas, minyak, dan komoditas lainnya, sehingga menaikkan biaya energi, barang-barang tersebut, dan makanan.

Ekonomi global Perang Rusia-Ukraina telah memburuk, mencapai lebih dari $1,6 triliun pada tahun 2022. Kesalahan Model Lembaga disorot dalam brute force domestic product (PDB). Proyeksi IMF berfungsi sebagai sumber utama informasi dan perkiraan. Dibandingkan dengan prakiraan PDB saat ini untuk tahun 2022 dan 2023, prakiraan PDB saat ini adalah masing-masing untuk tahun 2022 dan 2023. Alasan dari skenario ini adalah perdagangan tekstil dan energi di seluruh dunia.

James P. Walsh, Senior Resident Representative Jakarta-IMF untuk Indonesia, menegaskan bahwa situasi di Ukraina berdampak pada ekonomi dunia dan dapat memperburuk situasi ekonomi saat ini. Perang Ukraina juga menyebabkan harga komoditas naik, seperti minyak goreng di Indonesia dan BBM di Filipina. Pemerintah Indonesia berhasil menerapkan kenaikan harga BBM berbasis subsidi. Ini dicegah dengan penundaan dan kinerja yang buruk selama waktu perjalanan yang lama. 

Walsh mengatakan banyak negara yang aktif terlibat dalam perdagangan dan investasi. Lebih lanjut James Walsh menegaskan bahwa tren ekonomi global yang sempat tertinggal akibat pandemi dapat dilanjutkan kembali melalui investasi.

Karena inflasi yang parah dan meningkat di negara Maju, Bank Sentral menaikkan suku bunga. Apalagi Wakil Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI MS. Fadhilah berhubungan dekat dengan Profesor Miranda Swaray Goeltom, Ph.D., Sekretaris Utama Lemhannas RI Drs. Purwadi Arianto, M.Si., Deputi Pendidikan Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso,S.I.P
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengisyaratkan kelangkaan energi dan pangan, serta prakiraan inflasi dunia, akan memperburuk krisis ekonomi global di kawasan antara Rusia dan Ukraina. 

Begitu pandemi Covid-19 diumumkan, perekonomian dunia belum sepenuhnya pulih. Jokowi memastikan bahwa setiap keputusan yang dibuat dilakukan secara efektif dan cepat. Ia juga menekankan perlunya investasi yang akan datang untuk dapat menjalankan tenaga kerja, serta komoditas untuk meningkatkan ekspor nilai dan menjaga neraca pembayaran.

Dana Moneter Internasional (IMF) mengarahkan dana ke Ukraina dengan total tidak lebih dari US$ 1,3 juta atau Rp 19,8 triliun. Organisasi donor mengklaim bahwa bantuan tersebut diberikan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Ukraina yang telah melakukan pembayaran. PDB riil memperkirakan kebutuhan uang kartal akan meningkat hampir 35% pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021. US$ 11 juta dari sekitar US$ 13 juta hasil pinjaman ke Ukraina telah dicairkan oleh Bank Dunia.
Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperingatkan bahwa kurangnya investasi di Ukraina akan merugikan ekonomi Rusia. Direktur Pelaksana Kristalina Georgieva dari IMF menyatakan perekonomian Rusia akan terkena dampak negatif dari konflik di Ukraina yang akan berdampak pada pasar global. Georgieva juga menyatakan bahwa ekonomi Rusia akan mengalami penurunan dari hari ke hari akibat migrasi karyawan, gangguan akses teknologi, dan sikap negatif terhadap sektor energi negara tersebut. IMF juga memperkirakan bahwa ekonomi Rusia akan mengalami fluktuasi dari hari ke hari karena migrasi karyawan dan akses teknologi yang salah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline