Sudah menjadi sebuah tanda yang universal bahwa siapa pun yang melakukan kesalahan, dosa dan melakukan kejahatan baik terang-terangan maupun tersembunyi akan merasa tegang, tidak tenang dan tersiksa sepanjang menunggu vonis hakim.
Begitu pula saat dimana kita sedang menunggu vonis dari FIFA yang katanya mau menghukum sepak bola Indonesia segera setelah tanggal 29 Mei nanti. Kita lihat dari waktu ke waktu siapa yang merasa gelisah, resah, susah, tidak tenang, blingsatan dan menderita. Ada dua pihak yang terkait secara langsung dengan keputusan yang akan dijatuhkan oleh FIFA tersebut, yaitu pihak PSSI dan pihak Kemenpora.
Dari kedua pihak tersebut terlihat sangat jelas siapa yang sangat tertekan dan menderita dan siapa yang merasa tenang-tenang saja.
Kita melihat pihak Kemenpora menanti keputusan FIFA itu dengan cukup tenang. Sebaliknya, kita telah saksikan betapa menderitanya kubu PSSI. Penderitaan akut tingkat dewa. Kita saksikan penderitaan mereka itu sampai-sampai ingin dibagikan kepada masyarakat dengan menyebarkan opini kalau dihukum FIFA Indonesia sangat dirugikan.
Masyarakat justru senang kalau FIFA hukum Indonesia dengan kepastian ada tindakan memberantas mafia sepakbola sampai ke akar-akarnya. Itulah yang tengah dilakukan Kemnpora.
Pantas saja Kemenpora merasa tenang menunggu keputusan FIFA. Hal itu karena mayoritas masyarakat mendukung tindakannya. Masyarakat telah bosan dengan alasan PSSI yang selalu berkelit saat dimintai tanggungjawabnya atas segala kegagalan mereka. Masyarakat malu, betapa negara sebesar ini tak mampu menjadi yang terbaik di kawasan.
Masyarakat malu negara sebesar ini sering menjadi bulan-bulanan negara kecil tetangganya. Karena itu stop mafia, perangi mereka dan tumbuhkan kebanggaan sepak bola Indonesia. Kebanggaan karena menjadi negara yang sangat ditakuti bukan diremehkan.
Apa artinya aman dari sanksi kalau sepak bolanya hanya menjadi bulan-bulanan negara kecil tetangganya. Supporter kita sangat sangat banyak namun mereka begitu diremehkan. Kita cape menunggu kerja PSSI yang gak becus, tidak transparan dan mau menangnya sendiri.
Terus terang, kami apresiasi pembekuan PSSI oleh Menpora. Memastikan memberantas mafia jauh lebih penting ketimbang menungu keputusan FIFA dengan perdebatan dibanned atau lolos hukuman. Pembenahan sepak bola akan jalan terus sampai kebanggaan sebagai negara besar kembali pulih berjaya.
Hukuman FIFA itu kecil dan tak seberapa jika dibandingkan dengan upaya kita terlepas dari cengkeraman mafia yang membelenggu dan selalu gagal ditangani oleh pemerintah-pemerintah sebelumnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H