Lihat ke Halaman Asli

Mata, Tidak Semerta Mampu Melihat Keadilan

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pernah berfikir. Bahwa tuhan sangatlah adil. Bahkan jaksa, hakim dan pemangku keadilan di negri ngeri ini se-mili pun tidak, untuk menyentuh batas keadilanya. Jangankan inci, mili dan ukuran cartesius lainya, kerna yang mereka sentuh hanyalah keadilan kulit. Kulit hanyalah pelapis, untuk melapisi sesuatu yang lebih vital. Jika terhadap kulitnya saja dia tidak menyentuh, bagaimana ia mampu menumbangkan vital? Inti makna?

Malam seperti peluh,

merunduk jatuh, penuh keluh

Seperti purnama padam malam gulita,

tak kunjung, meski ada diundang, meski ada jadwal kunjung.

Ku ukir, sepasang mata siaga. ketika dingin menyapa,

diserpih tuhan menjatuhkan keinginan. Di tangkap tadah

di patok tengkorang Dari kaki sendiri. Kumal !

Seperti lelehan margarin, atau roti kering. Kerna terlarut lama

di detik penantian mikrowave. Melepuh, minta kau basuh.

Agar warna tak pudar, agar rasa tak tawar. atau malah pahit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline