“setiap agama, missionaris membawa peradaban, itu pasti”. Kata Soeparman mengawali cerita. Sembari tak mau menurunkan kernyitan dari keningnya, yang sebenarnya terbuat dari krupuk rambak.
“Melihat kenyataan di negri sendiri, saja ngeri. Saya kira paling ngeri, ternyata ada yang lebih ngeri”. Lanjutnya, dalam nada ringan dan agung. Dan masih tetap matanya terpaku pada adegan yang dikemas dalam sebuah acara berita.
Bisa jadi, pikirku, semua kebrutalan yang mereka lakukan, berdalih misi menyelamatkan umat manusia dari ancaman Ormas Lokal, yang diduga menyimpan bom peledak masal. Dulu, berbagai upaya, semenjak pada masa kedudukan Abu ‘Ammar (Yassir Arafat), , 1996 – 2004. Yassir sendiri, selain menjadi presiden otoritas Palestina pada sebelum tahun 2004 itu, juga memimpin PLO –Palestine Liberation Organization, sebuah organisasi pembebasan Palestina. Dalam masanya, Yassir menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memerangi Israel, dalam memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri bagi Palestina.
Namun kini, celah upaya Yassir semakin ciut. Karena harus dibayar dengan berbagai tuduhan, yang dilontarkan pihak Israel ke Palestina setelah kepergiannya. hingga sekarang ini di mana Hamas muncul ke permukaan menggantikan popularitas PLO. Pihak Palestina dan negara-negara Arab, kemudian diamini juga oleh dunia Islam, tentu menyalahkan pihak Israel sebagai biang kegagalan usaha diplomatik itu.
“apa mungkin, ini soal politik murni man?”, sanggahku mengaburkan lamunanku sendiri.
“jika urusan politik, pasti ! Namun kemurniannya, saya sangsi. Upaya seperti itu, Intimidasi ah, itu saudah menjadi pelaksanaan kepentingan, dan politik adalah kendaraanya”, jawab Soeparman serius, nada berat dan agungnya mendinginkan panasnya siang.
Banyak kemungkinan dibalik semua ini, di balik issue Israel –Yahudi, yang beberapa tahun lalu terendus misi meraka, melalu berbagai misi. Mulai Issue Global Warming, racun Illuminati, nikotin Freemanson hingga sindrom zionis.
Namun yang perlu saya pertanyakan adalah, mengenai apa tujuan dibalik kesemua ini. Secara sistematis, tidak ada satupun agama –dalam sejarah, yang dibenci dan menjadi sasaran tudingan, seperti yang dialami oleh kaum yahudi. Dimana stereo-type, rasialisme, dan persekusi selalu mengarah kepada bangsa mereka. (Debat berkepanjangan di Eropa abad 20, Jewish Question). Padahal Jika dilihat, dari kuantitas Yahudi sendiri, tidak lebih dari 15 juta jiwa –tersebar di berbagai daerah kawasan Israel, Jordan, amerika dan sekitarnya.
“mungkin mengenai dogma ayat ayat Muliamu juga”, Soeparman mencekal, dengan mata hitam tajamnya. micing
Dalam perjalanannya, kristenlah yang mula mula sebagai pihak pelawan yahudi. Sejak lama, -bahkan semenjak lahirnya agama tersebut, Kristen dan yahudi memang tidak pernah akur, selau diselingi kebencian terhadap yahudi -kebencian yang dijustifikasi oleh firman dan ajaran Tuhan sehingga pengaruhnya sangat mendalam, bahkan perdebatan yang mereka lakukan lebih untuk menyentuh bab teologis.
Kemudian kebencian tersebut juga menjadi lapisan dasar dari wacana Islam yang datang setelahnya. Meski sebenarnya, pada abad 8 hingga 15 M, Yahudi merasa Islam lebih romantic daripada Kristen.
kebencian pada Yahudi sebagai sebuah agama tetap bertahan secara endemik dalam Islam. Bangsa Yahudi digambarkan sangat negatif dalam beberapa ayat di Quran, dan kemudian disokong pula dengan sejumlah hadis. Contoh kecil saja: sebuah hadis terkenal menyebutkan bahwa pada akhir zaman nanti Nabi Isa (atau Yesus) akan turun kembali ke bumi (persis dengan keyakinan dalam Kristen). Menurut hadis itu, tugas Nabi Isa pada saat itu, antara lain, adalah untuk menghancurkan salib dan membunuhi orang-orang Yahudi.