Lihat ke Halaman Asli

Senyum di Ujung Senja XI

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Malam kelam lambat laun berlalu, angin berhembus merdu, rintik hujan menggelitik dinginnya malam tak dirasakan Anah yang asik melamun mengingat peristiwa yang sudah berlalu, sepanjang malam matanya tak dapat terpejam, seakan pilu hatinya ikut berlalu bersama malam itu dan berharap esok bertemu hari cerah nan indah bersama laki-laki pujaannya serta si buah hati pengganti yang sudah Tuhan ambil.

Tiba-tiba dekapan hangat datang dari arah belakang sambil terdengar suara lirih karena Sandy mengantuk “sayang…sudah dong jangan melamun saja, kita harus ikhlas, ini adalah cobaan Allah kepada kita, mudah-mudahan sang pencipta menggantinya dengan anak yang lebih baik, dan soleh”

“amin ya Robbal alamin” Anah mengaminkan do’a suaminya sambil membalikan badannya. Anah menemukan kelembutan seorang suami yang matanya memancarkan cinta begitu besar untuknya.

Sandy menggandeng Anah masuk dan menenangkannya agar Anah bisa melupakan peristiwa yang memilukannya lalu tertidur.

Masa cuti Anah sebenarnya belum habis, tapi Anah merasa di rumah sangat bosan tanpa kesibukan, akhirnya Anah memutuskan untuk kembali masuk kerja mulai Senin lusa.

“pah…hari Senin aku masuk aja ya? Mama bosan di rumah terus ga ada kegiatan”

“emang mama udah sehat ?

“kata dokter sih kemarin bilang udah sehat”

“ya terserah mama hati-hati saja”. Anah mengangguk

Hari senin Anah mulai sibuk lagi dengan pekerjaannya, teman-teman semua menyambut dengan gembira. Atasan Anah pa Robbi juga senang karena Anah tergolong karyawan yang rajin, dan punya dedikasi yang tinggi.

Kehadiran Anah di pabrik itu membuat teman-teman semangat karena kewibaannya, keceriaannya yang membuat mereka selalu semangat bekerja, walaupun target hari itu sangat tinggi, mereka tak merasakan capenya bekerja.

“lembur-lembur ya!” Anah memberi aba-aba di ujung line agar teman-teman bersedia lembur.

“oke bos !” mereka hampir serempak menjawab.

Sekitar pukul 21.00 Anah sampai di ujung gang sudah di jemput sang suami tercinta

“Assalamualaikum, pah!”

Anah bersalaman dengan Sandy

“waalaikum salam!” Sandy langsung menggandeng tangan Anah dengan senyum

“cape ga say?”

“capenya sudah hilang karena….”

“karena apa”

“karena…ada papa tercinta di dekatku” Anah tersenyum manja

Sandy mencubit pipi Anah gemes.

Sampai di rumah Anah langsung mandi air hangat yang sudah di siapkan Sandy.

Terasa segar tubuh Anah seakan lelahnya hilang terbawa air yang mengguyur tubuhnya. Kini Anah bisa tertidur dengan nyenyak tanpa beban pikiran lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline