Lihat ke Halaman Asli

Maesa Nabila

Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember

Prinsip-prinsip dan Faktor-faktor Pembentukan Akhlak

Diperbarui: 8 Desember 2023   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Definisi Akhlak

Akhlak secara bahasa berasal dari bahasa Arab merupakan jama’ dari خُلُقٌ yang berarti tingkah laku, budi pekerti, kebiasaan, watak atau tabiat. Menurut para ahli, termasuk Al-Ghazali, akhlak adalah keadaan yang melekat dalam jiwa manusia, yang menyebabkan munculnya tindakan-tindakan dengan spontan, tanpa perlu melalui proses pemikiran yang panjang, pertimbangan yang mendalam, atau penelitian yang cermat. Akhlak ini seringkali disebut sebagai dorongan jiwa manusia untuk melakukan perbuatan baik atau buruk. Dengan kata lain, akhlak mencerminkan sifat bawaan dalam diri manusia yang memengaruhi perilaku mereka, baik dalam tindakan yang positif maupun negatif.[1]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "akhlak" merujuk pada watak, sifat, atau tabiat seseorang. Akhlak yang baik dapat dilihat melalui kebiasaan atau perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari. Berakhlak baik berarti individu memahami dan mengenali apa yang benar, memiliki kasih sayang terhadap kebaikan, dan mengaplikasikan perbuatan-perbuatan yang baik dalam tindakan mereka. Dengan demikian, akhlak baik tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan tentang nilai-nilai moral, tetapi juga dengan pengamalan nilai-nilai tersebut dalam praktik sehari-hari.[2] Jadi, akhlak merupakan suatu kesesuaian antara jiwa dan anggota badan dalam hal melakukan suatu tindakan.

Ada dua unsur utama dalam akhlak yang saling terkait, yaitu keadaan jiwa di satu sisi dan perilaku nyata yang muncul dari keadaan jiwa tersebut di sisi lain. Dengan kata lain, keadaan jiwa dan perilaku nyata tidak dapat dipisahkan. Keadaan jiwa ini juga menentukan sifat dari perbuatan tersebut, sehingga pada dasarnya perbuatan itu sendiri berasal dari keadaan jiwa sebagai sumbernya.[3]

 

Adapun beberapa pakar menyatakan berbagai definisi dari akhlak dengan berbeda-beda sebagai berikut:

Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa akhlak adalah keadaan jiwa. Ini mengacu pada kondisi dalam diri seseorang yang mempengaruhi berbagai tindakan yang dilakukan tanpa perlu melalui proses berpikir dan pertimbangan sebelumnya. Dengan kata lain, akhlak adalah keadaan dalam diri yang menghasilkan tindakan-tindakan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.[4] Karena di dalam jiwa seseorang terdapat pemahaman tentang baik dan buruknya perbuatan, maka tindakan yang sesuai akan dilakukan secara spontan berdasarkan apa yang ada dalam jiwa tersebut. Sehingga anggota badan dapat melaksanakan tindakan tersebut tanpa perlu proses berpikir dan pertimbangan yang panjang. 

Al-Farabi berpendapat bahwa akhlak melibatkan upaya untuk memperkuat kemampuan yang sudah terdapat dalam diri manusia. Ini dilakukan melalui kebiasaan yang memunculkan perilaku baik dan menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan perilaku terpuji dari pada diri seseorang.[5]

Muhammad Bin Ali Asy-Syarif Al-Jurjuni berpendapat bahwa akhlak adalah suatu sifat yang ada dalam jiwa, dari mana perilaku-perilaku muncul dengan mudah, tanpa perlu berpikir dan mempertimbangkan terlebih dahulu. Dalam konteks ini, jika perilaku yang muncul sesuai dengan syari'at dan akal yang baik dengan mudah, maka sifat tersebut dianggap sebagai akhlak yang baik. Sebaliknya, jika perilaku buruk muncul dari sifat tersebut, maka sifat itu dianggap sebagai akhlak yang buruk.

Definisi akhlak dari Muhammad Bin Ali Al-Faruqi At-Tahanawi adalah sebagai seluruh kebiasaan, karakter bawaan, dan rasa harga diri yang dimiliki seseorang.[6] Akhlak pada Ensiklopedi Islam yaitu suatu kondisi yang terdapat dalam diri manusia sehingga muncul suatu sikap dengan spontan, tidak harus melalui proses pemikiran dan pertimbang terlebih dahulu.[7] Al Qurthubi mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat pada manusia dalam bergaul antar sesamanya, ada yang terpuji dan ada yang tercela.

Yang dimaksud akhlak menurut Al-Attas [8] adalah pengakuan dan pengenalan pada kenyataan yang secara bertahap terdapat pada manusia terkait wadah-wadah yang pas pada segala sesuatu pada susunan pencipta, hingga mengarahkan pada pengakuan dan pengenalan kekuatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline