Lihat ke Halaman Asli

mad yusup

menggemari nulis, membaca, serta menggambar

Rokok Mahal Bukan Soal, Ini Soal Hiburan

Diperbarui: 30 Maret 2023   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kenaikan cukai rokok yang terus melambung tinggi dengan alasan untuk membatasi konsumsi rokok di tengah masyarakat ternyata tak hanya melahirkan rokok-rokok ilegal yang tanpa cukai. Namun juga menumbuhkan kembali gairah permintaan tembakau rajangan sebagai bahan baku pembuatan rokok manual yang dulu hanya diminati kalangan usia lanjut.

Tidak saja penjualan secara langsung di toko-toko tradisional tetapi layanan on line shopping (olshop) kebutuhan pembuatan rokok manual semua tersedia. Mulai dari alat cetak rokok sederhana dari kayu, tembakau, serat filter, hingga kertas rokok.

"Yang mahal hanya alat cetaknya saja, 25 ribu! Tapi harga modal itu tak beda jauh dengan sebungkus rokok para tengkulak sayur Pasar Bogor. Beda sedikitlah," ujar Rizal (30) yang pagi itu  -ditemui seminggu sebelum masuk bulan Ramadan-  tengah asik melinting rokok yang selintas mirip rokok  berlogo A yang pernah trend di kalangan anak muda.  

"Alat ini juga bisa dipakai rame-rame. Tinggal bawa tembakau, filter, kertas, dan lem. Sudah selesai," imbuhnya diamini dua rekannya yang datang untuk mancing bersama.

"Hari ini kita bikin agak banyak karena mau mancing di Cisadane," sambungnya.

Menurut pengakuannya, dalam sehari dia melinting rata-rata 14-15 batang rokok. Sebanding dengan kebiasaannya mengonsumsi satu bungkus rokok  per hari.

"Dahulu masih mampulah kita beli sehari sebungkus. Sekarang mana sanggup! Sekalipun ada rokok cebanan sebungkus, ya mending bikin sendiri. Murah meriah," Rizal kembali menambahkan.

Hiburan

Bagi Rizal dan teman-temannya yang pekerja sektor informal, harus pandai-pandai menyiasati ketika harga rokok mencekik. Mereka bukannya tidak tahu bahwa mengonsumsi rokok berbahaya bagi kesehatan.

"Mau bagaimana lagi. Kalau lagi suntuk kan lebih enak merokok. Jadi lebih rileks dibanding ngelamun malah jadi stress," ucapnya enteng.

Dengan pendapatan yang rata-rata kurang dari lima puluh ribu per hari, beban kenaikan rokok bagi Rizal dan orang-orang seprofesinya terasa sangat menyakitkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline