Lihat ke Halaman Asli

mad yusup

menggemari nulis, membaca, serta menggambar

Hari Ini Ciliwung Berwarna Coklat

Diperbarui: 27 November 2021   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Air Ciliwung hari ini berwarna coklat, ucap teman dari atas jembatan. Pastinya hujan lebat semalaman. Di hulu, yang dulunya masih lebat pepohonan.

Air Ciliwung yang kecoklatan itu mengalun tenang. Tak deras bergelombang. Apalagi pasang.

Tak ada batang pohon yang terseret. Hanya menghanyutkan sampah-sampah aneka merk minuman sachet. Tenang, acuh, serupa si pembuangnya yang berotak 'kudet'.

Air Ciliwung yang kini berwarna coklat, bukan tak menyimpan tragedi. Berpuluh, bahkan beratus kisah pernah terjadi. Dari yang terbawa arus hilang tak kembali. Bayi yang dibuang karena tak mau diakui. Bahkan korban 'petrus' rezim Orba hingga yang bunuh diri.

Tak sedikit rumah telah diterjang dan terjungkal. Namun kembali tumbuh bak lingkaran tak berujung pangkal.

Air Ciliwung yang mirip 'bajigur' kata Emak, adalah sumber kehidupan. Ada banyak beragam ikan yang bisa dimakan. Beunteur, kancra, senggal, tawes, yang kini tinggal kenangan.

Ada bermacam hewan seperti sero, biawak, kura-kura, burung kapinis, hingga capung-capung buntet merah yang dulu berseliweran.

Sekarang habitatnya musnah tak berbekas. Tinggalkan batu-batu dan cadas. Yang tersisa dan tersia-sia.

Air Ciliwung kini hanya membawa lumpur-lumpur tanah. Dari sejak hulu, yang 'digunduli' para perambah. Hingga yang diserobot para mafia tanah.

Air Ciliwung yang hari ini berwarna coklat, tak lebih sekedar penanda. Bahwa musim hujan masih ada.

Bogor, 27 November 2021

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline