Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Adrianto Sukarso

Apapun Yang Menurut Saya Menarik

Mengenang Lazio sebagai Kuda Hitam Penjegal Para Raksasa

Diperbarui: 8 September 2023   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada masa ketika Serie A dari Italia merupakan salah satu liga sepak bola yang paling diminati dan banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia. Ada era di mana Serie A mempunyai tujuh klub yang berpotensi memenangkan kompetisi sepak bola terbesar di Italia ini.
Mereka adalah Juventus, AC Milan, Internazionale, AS Roma, Lazio, Parma, dan Fiorentina. Ketujuh klub ini dikenal dengan sebutan “The Magnificent Seven”. Namun, dari tujuh nama yang pernah menjadi bagian dari sejarah emas Serie A, hanya ada tiga yang masih mampu mempertahankan kejayaannya.

Juventus adalah klub tersukses di Italia, dengan total 36 Scudetto, sebutan untuk gelar Serie A. Klub berjuluk Si Nyonya Tua ini bahkan mampu meraih 9 gelar berturut-turut mulai dari musim 2011/2012 sampai 2019/2020. Kesuksesan ini didapatkan usai mereka jatuh ke Serie B, kompetisi kelas 2 di Italia, akibat skandal pengaturan skor. 

Sementara rival Juventus dari Milan, yakni AC Milan dan Internazionale, masing-masing memperoleh 19 Scudetto. Sempat mengalami berbagai masalah mulai dari buruknya manajemen sampai kesulitan finansial di era 2010-an, keduanya perlahan bangkit dan siap bersaing di level tertinggi Serie A layaknya di masa lampau.

Bagaimana dengan sisa The Magnificent Seven lainnya? Sayangnya mereka sulit menyaingi kesuksesan Juventus, AC Milan, maupun Internazionale. Selepas keberhasilan AS Roma memperoleh Scudetto di musim 2000/2001, para anggota The Magnificent Seven mengalami penurunan pamor dan performa.

AS Roma konsisten berperan sebagai kuda hitam, namun gagal memperoleh gelar sejak itu. Sementara Fiorentina dan Lazio lebih banyak berkutat di papan tengah, sesekali membuat kejutan dengan mengalahkan tiga klub terkuat di Serie A. Parma bahkan lebih parah, lantaran mengalami kebangrutan pada 2015 dan harus turun ke liga terbawah di Italia, Serie D. Saat ini, mereka sudah berkompetisi di Serie B.

Tidak dapat dipungkiri kalau kejayaan mantan klub besar Serie A ini hanya dikenang oleh pendukung Serie A lawas yang sudah berumur. Mereka yang masih terlalu muda, belum tentu memahami betapa besarnya Serie A di masa lampau. Dan jika mengingat saja belum tentu bisa, mendukung klub-klub ini tentunya di luar pertanyaan. Meskipun begitu, jika ditelusuri lebih dalam, rupanya masih ada penggemar muda yang “sudi” mendukung klub-klub yang sudah melewati masa jayanya. Salah satunya adalah klub berjuluk “Elang Ibu Kota”, yakni SS Lazio.

Lazio Adalah Underdog Terbaik

Marcelo Salas, Diego Simeone, dan Juan Sebastian Veron merayakan gelar Coppa Italia musim 1999/2000 (Sumber: Calciomercato.com)

Pada masanya, Lazio adalah salah satu klub yang banyak menarik perhatian penonton sepak bola dunia. Di bawah kepemimpinan Sergio Cragnotti, klub Elang Ibu Kota ini mampu menyaingi Juventus, AC Milan, dan Internazionale. Lazio menjadi salah satu klub yang disegani di Italia. Status kuda hitam ini rupanya menarik perhatian segelintir anak-anak yang baru menggemari sepak bola. Salah satunya adalah Aziz, pria yang saat ini sudah berusia 26 tahun. Dikatakan kalau dia sudah menjadikan Lazio sebagai klub favoritnya sekitar tahun 2007, kala Lazio berhasil masuk ke UEFA Champions League setelah 3 musim absen.

Berbeda dengan anak-anak sebayanya yang lebih banyak menyukai klub-klub besar dan ternama seperti Manchester United, Liverpool, atau Arsenal dari Inggris, Real Madrid atau Barcelona dari Spanyol, Bayern Munich dari Jerman, atau setidaknya AC Milan serta Internazionale jika ingin mendukung klub dari Italia, Aziz memilih Lazio karena usaha dan kerja keras mereka dalam menantang klub papan atas.

Di masa itu, Lazio tidak punya banyak pemain beken. Benar kalau ada beberapa pemain yang cukup dikenal tifosi Serie A kawas macam Cristian Ledesma, Tommaso Rocchi, atau Massimo Oddo. Namun, jika dibandingkan dengan nama-nama besar dari klub lain, ketiga nama ini tidak lebih populer. Namun, di luar dugaan, mereka berhasil finis di posisi ke-3, bahkan mengungguli AC Milan dengan perbedaan 1 poin. Penampilan Lazio di musim tersebut memikat hati Aziz kecil yang masih berusia 10 tahun. Semenjak itu, kecintaannya terhadap klub Elang Ibu Kota ini semakin mendalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline