Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Adrianto Sukarso

Apapun Yang Menurut Saya Menarik

Mengenal Layouter, Aktor di Balik Estetika Media Cetak

Diperbarui: 17 Maret 2021   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh tata letak dalam majalah (Sumber: weandthecolor.com)

Dalam industri media cetak, tata letak merupakan salah satu komponen yang wajib diperhatikan oleh perusahaan, jika ingin menarik perhatian lebih banyak pembaca. Sesuai dengan namanya, tata letak sendiri merupakan penempatan posisi dari komponen-komponen. Dalam kasus media cetak, komponen tersebut berupa gambar, teks, baik itu berupa judul, kicker/intro, maupun tubuh dari tulisan, dan juga jenis font serta ukuran yang akan digunakan pada media cetak tersebut. 

Dari tata letak yang baik, pembaca dapat memahami mana itu judul, mana intro, dan mana bagian tubuh tulisan. Pembaca juga tidak akan merasa jenuh dalam membaca, karena tata letak sudah diatur sedemikian rupa, untuk membuat mereka merasa nyaman dalam membaca. Hal-hal sederhana seperti memberi jarak antar teks, menggunakan font yang mudah dibaca, serta pemilihan warna dalam halaman, mampu membantu pembaca agar mereka betah ketika melihat tulisan dalam media cetak tersebut. Ini semua merupakan tugas dari seorang layouter media cetak.

Tentunya, keberagaman jenis media cetak, mulai dari buku, majalah, koran, atau tabloid, menjadikan jenis-jenis layouter menjadi bercabang sesuai dengan tata letak yang mereka kerjakan. Tiap media memang memiliki titik fokus yang berbeda. Namun, pekerjaan layouter tetaplah sama: membuat halaman media cetak terlihat rapih serta pembaca mampu dengan menelaah isi tulisan dengan mudah. Terdengar amat sederhana. Namun, diperlukan pemahaman serta pengalaman untuk menata letak elemen-elemen dari media cetak. 

Umumnya, layouter harus terlebih dahulu membuat dummy/tiruan terhadap halaman yang akan mereka kerjakan. Mereka meletakan satu per satu komponen dalam media cetak, agar terlihat runtut serta enak untuk dilihat. Layouter juga harus memperhatikan detail-detail kecil dalam tata letak yang mereka kerjakan. Mulai dari garis tepi, jarak antar teks atau ilustrasi harus sama rata, sampai ukuran teks tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil. Layouter harus memastikan bahwa mereka sudah mengaplikasikan semua pekerjaan mereka hasilnya sama di tiap halaman. Satu perbedaan kecil akan terlihat di mata pembaca.

Pekerjaan layouter tidak berhenti sampai disana. Ada kalanya mereka harus berdiskusi dengan penulis atau tim penyunting, karena teks dirasa terlalu panjang atau terlalu pendek. Jika penulis serta tim penyunting menitikberatkan di isi tulisan, layouter memperhatikan estetika dari suatu halaman. Kedua belah pihak harus bermusyawarah, hingga mencapai titik temu, dimana penulis dan tim penyunting bisa menyajikan tulisan sesuai dengan keinginan, dan layouter bisa menyajikan tata letak yang akan mereka sajikan ke pembaca.

Tidak hanya itu, terkadang layouter juga harus mengerjakan urusan yang bukan sepenuhnya tanggung jawab mereka. Seperti mendesain gambar ilustrasi, menyediakan, serta memperindah foto pendukung untuk halaman spesifik, yang merupakan pekerjaan desainer artistik. Beberapa bahkan juga diminta untuk menyunting kesalahan-kesalahan dalam teks, pekerjaan yang seharusnya menjadi kewajiban bagi penyunting teks, sebelum menyerahkan hasil tulisan kepada layouter.

Menjadi layouter di era sekarang memang memperlukan lebih dari sekedar keahlian memahami estetika dari tata letak itu sendiri. Mereka juga dituntut menguasai keahlian dasar dari desain grafis. Ini tidak hanya bertujuan agar mereka bisa melakukan pekerjaan lain, melainkan juga supaya layouter mampu memahami tanggung jawab dari profesi lain, sehingga bisa menyesuaikan tata letak dengan elemen-elemen lain di dalam media cetak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline