Sudah beberapa tahun belakangan ini, Saya menggandrungi sisi permainan kompetitif dari Pokemon. Maksud dari permainan kompetitif, yaitu seorang pemain akan berduel melawan pemain lain, alih-alih melawan komputer/NPC.
Saat ini, ada 898 Pokemon di dalam permainan yang rilis pada tahun 1996 ini. Begitu banyak Pokemon dengan kemampuan mereka tersendiri, terkadang membuat imajinasi liar Saya membandingkan makhluk khayalan tersebut dengan pemain sepak bola.
Pesepakbola tentu tidak bisa mengeluarkan bola api atau tinju petir. Namun, yang Saya bandingkan dalam kasus ini adalah keanekaragaman dari 2 lingkup tersebut.
Dalam permainan kompetitif Pokemon, kemenangan ditentukan dari seberapa lihai trainer (pelatih) memilih komposisi Pokemon yang cocok dalam strategi mereka, menggunakan bidak (Pokemon) mereka semaksimal mungkin, dan beradaptasi dengan gaya bertarung lawan. Kegagalan untuk melakukan kedua aspek tersebut akan membawa kekalahan bagi tim.
Prinsip dasar sepak bola juga tidak berbeda jauh dengan itu. Pelatih menentukan starting eleven, menempatkan posisi serta memberikan peran bagi pemain, dan mengantisipasi taktik tim lawan. Jika pelatih tidak mampu melakukan hal tersebut, mereka harus bersiap melihat pasukan yang mereka asuh takluk di tangan lawan.
Tiap Pokemon maupun pesepakbola memiliki karakteristik masing-masing. Adalah tugas pelatih untuk mengeluarkan kemampuan terbaik dari Pokemon/pesepakbola yang mereka tangani.
Untuk artikel kali ini, Saya mencoba membandingkan pesepakbola dengan Pokemon yang sesuai dengan gaya bermain, kelebihan, ataupun kekurangan mereka. Pemain sepak bola yang Saya ambil berasal dari UEFA Team of The Year 2020.
Manuel Neuer
Dimulai dari kiper, Manuel Neuer terpilih untuk keempat kalinya dalam UEFA Team of The Year. Tidak mengherankan, di usianya yang sudah memasuki 34 tahun, kemampuannya di bawah mistar gawang masih bisa diandalkan.