Lihat ke Halaman Asli

Dari Jakarta Ke Surabaya

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuk kicak kicuk kicak kicuk kereta berangkat, cuk kicak kicuk kicak kicuk hatiku gembira. Mendengar sepotong syair lagu dangdut tersebut, mengingatkan akan perjalanan saya dari stasiun Jakarta Kota sampai stasiun Surabaya Gubeng. Perjalanan yang cukup melelahkan dari kota metropolitan pertama sampai kota metropolitan kedua di Indonesia. Tapi, rasa lelah itu sedikit hilang ketika teringat amanah dari kedua orang tua saya, yaitu menuntut ilmu disalah satu Institut terbaik bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Ketika diperjalanan, saya melihat pemandangan alam di Indonesia itu sangat indah, pegunungan yang menjulang tinggi, hamparan sawah yang hijau, aliran sungai yang begitu jernih, rawa-rawa yang bersih, danau yang tenang seperti penduduk di Negeri ini. Penduduk yang sangat sopan, ramah dan tamah, terlihat saat di dalam kereta suasananya sangat islami dan bermasyarakat. Banyak diantaranya wanita yang memakai kerudung, ketika makan sambil menawarkan orang di sebelahnya, ketika jalan mengucapkan salam, suasananya sangat sejuk, tidak ada orang yang merokok, banyak orang yang membaca Al-Qur’an, membaca buku, membaca koran, bahkan ada seorang ibu yang sedang sholat sambil duduk. Setelah orang itu selesai sholat, saya bertanya,”sholat apa yah bu?, padahal masih jam sembilan pagi.” Ibu itu menjawab,”sholat dhuha nak.” Subhanallah, Negeriku sangat kental dengan budaya Islam, budaya yang sudah lama diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.

Sobat, ternyata saya baru saja terbangun, rupanya saya bermimpi, saya takut ternyata di Negeri ini masih gelap. Sobat, mungkin selama ini saya masih jauh untuk berharap, melupakan pesan-pesan dalam suratmu terdahulu. Sobat, ternyata Indonesia sedang dilanda bencana, budaya banjir yang terus mengguyur daratan, memakan banyak korban, hingga alampun menjadi sasarannya. Sobat, saya tahu jalan ini sangat panjang dan melelahkan. Tapi, ini pasti jalan kemenangan, di ujung jalan ini saya yakin ada cahaya yang terang benderang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline